Hamilton, Kanada (ANTARA) - Kepala UNICEF, Catherine Russell, pada Kamis (31/10) memperingatkan tentang "luka fisik yang parah dan bekas luka emosional yang dalam" yang dialami anak-anak akibat perang di Lebanon.
Dalam pernyataannya, Russell menyoroti bahwa "166 anak telah terbunuh sejak Oktober 2023, sementara setidaknya 1.168 anak mengalami luka-luka."
Ia menekankan pentingnya perdamaian segera, memperingatkan bahwa "penyembuhan sejati hanya bisa dimulai ketika kekerasan berakhir."
Setidaknya satu anak tewas dan 10 lainnya terluka setiap hari sejak awal Oktober, menurut pernyataan tersebut. "Anak-anak di seluruh Lebanon menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan terkait tekanan emosional, perilaku, dan fisik," ujarnya, menambahkan.
Banyak anak di Lebanon menunjukkan tanda-tanda tekanan akut, termasuk "kecemasan akibat perpisahan, ketakutan kehilangan, menarik diri, agresi, dan kesulitan berkonsentrasi," kata Russell, yang juga mencatat laporan tentang mimpi buruk, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan yang umum dialami anak-anak yang terdampak.
"Perang merusak lingkungan yang aman dan penuh kasih yang dibutuhkan anak-anak," lanjutnya, sembari memperingatkan bahwa "periode stres traumatis yang berkepanjangan" serta "risiko kesehatan dan psikologis yang parah" dapat berdampak seumur hidup.
Pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa UNICEF telah memberikan dukungan psikologis darurat kepada lebih dari 9.600 anak dan pengasuh di Lebanon sejak akhir September.
Russell menekankan bahwa pemulihan jangka panjang membutuhkan "gencatan senjata segera sehingga (anak-anak) dapat mengakses layanan penting dengan aman dan mulai pulih dari trauma perang."
Sumber: Anadolu
Baca juga: Krisis ekonomi, keluarga Lebanon terpaksa kirim anak-anak bekerja
Baca juga: Anak Lebanon yang tewas akibat perang di 2024 berlipat ganda dari 2006
Baca juga: UNICEF: Kehidupan anak Palestina dan Lebanon 'hancur tak terbayangkan'
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024