Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, meminta masyarakat agar mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Merujuk data yang dihimpun, paparan penyakit akibat nyamuk Aedes aegypti ini melonjak signifikan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Trenggalek Sunarto, di Trenggalek, Kamis.
Menurut dia, terhitung sejak awal tahun hingga 7 Oktober 2024, kasus DBD di Trenggalek mencapai 817 kasus, meningkat 688 kasus dibanding 2023 yang hanya 129 kasus.
Baca juga: Trenggalek mulai mitigasi wabah demam berdarah jelang musim penghujan
"Peningkatan ini diduga akibat siklus lima tahunan," ujarnya.
Dinkes Trenggalek kini memaksimalkan sejumlah langkah pencegahan, mulai dari kampanye PSN melalui kegiatan 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur) ditambah abatisasi serta menebar ikan dan mengimbau pemakaian lotion antinyamuk.
Baca juga: Dinkes tangani sebaran wabah DBD di 19 wilayah Trenggalek
Baca juga: Trenggalek mulai mitigasi wabah demam berdarah jelang musim penghujan
"Peningkatan ini diduga akibat siklus lima tahunan," ujarnya.
Dinkes Trenggalek kini memaksimalkan sejumlah langkah pencegahan, mulai dari kampanye PSN melalui kegiatan 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur) ditambah abatisasi serta menebar ikan dan mengimbau pemakaian lotion antinyamuk.
Baca juga: Dinkes tangani sebaran wabah DBD di 19 wilayah Trenggalek
"Kami juga mengaktifkan juru pemantau jentik, menggalakkan advokasi lintas sektor, menyediakan obat dan perbekalan kesehatan untuk perawatan pasien DBD, serta menyiapkan fasilitas kesehatan, baik di tingkat primer maupun rujukan, termasuk melakukan fogging secara selektif," katanya.
Sunarto juga mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya di tengah cuaca saat ini.
Baca juga: Dinkes Mataram gencarkan PSN antisipasi lonjakan kasus DBD
Ia meminta warga agar mengenali gejala DBD, seperti demam yang naik-turun dalam minggu pertama, mual, muntah, serta perdarahan di kulit, hidung, gusi, dan selaput lendir lainnya.
Baca juga: Dinkes Mataram gencarkan PSN antisipasi lonjakan kasus DBD
Ia meminta warga agar mengenali gejala DBD, seperti demam yang naik-turun dalam minggu pertama, mual, muntah, serta perdarahan di kulit, hidung, gusi, dan selaput lendir lainnya.
"Dari kriteria usia pasien, 47 persen merupakan usia 15-44 tahun, 30,5 persen usia 5-14 tahun, 17,4 persen usia di atas 44 tahun, dan sisanya di luar kelompok usia tersebut. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada pasien yang meninggal," ujarnya.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024