kami mewajibkan ada ahli gizi yang dididik di perguruan tinggi
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memastikan ada ahli gizi yang memantau proporsi gizi hingga pilihan menu untuk program makan bergizi gratis di setiap satuan layanan.
"Perlu diketahui bahwa di setiap satuan layanan, kami mewajibkan ada ahli gizi yang dididik di perguruan tinggi, dan mereka sudah paham standar proporsi gizi untuk anak-anak, baik itu untuk balita, PAUD, SD, sampai SMA, komposisi gizinya mereka tahu," katanya ditemui usai Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Kamis.
Ia menegaskan, para ahli gizi tersebut tidak hanya berhenti pada memantau kandungan gizi pada setiap makanan, tetapi juga memastikan menu makanan yang diberikan telah sesuai dengan selera sasaran di masing-masing daerah.
"Mereka juga akan melihat bagaimana kesukaan anak-anak di daerah masing-masing, sehingga menu yang dibuat di satuan pelayanan itu tidak dibuat begitu saja oleh ahli gizi, tetapi juga melihat dan mengkaji seberapa suka anak-anak terhadap makanan tersebut karena kita berharap makanan itu benar-benar dimakan, tidak mubadzir kemudian dibuang," ujar dia.
Dadan mencontohkan kasus yang ditemui di dua tempat percobaan, yakni Sukabumi dan Desa Bojong Koneng, Jawa Barat, di mana ada anak yang memiliki phobia nasi.
"Kami harus memperlakukan anak-anak itu dengan tidak memberikan nasi, tetapi dengan sumber karbohidrat lain, jadi sampai sejauh itu ahli gizi menentukannya," ucap Dadan.
Baca juga: Komisi IX dukung BGN implementasikan program Makan Bergizi Gratis
Baca juga: BGN paparkan alasan makan bergizi gratis diberikan hingga usia SMA
Ia juga menjelaskan, satuan pelayanan BGN yang ada di tiap-tiap daerah berbasis pada sasaran 3.000 anak yang sudah dihitung menggunakan aplikasi kecerdasan artifisial atau AI.
"Ada di mana titik-titiknya kita sudah tahu semua, tetapi kemudian nanti akan kami tambahkan berapa ibu hamil, ibu menyusui, dan balita karena data itu tidak bisa diperoleh dari AI, itu harus kami data di lokasi," ucapnya.
Untuk sementara, lanjut dia, basis awal perhitungan adalah anak sekolah karena lokasi geostatis-nya cukup stabil.
"Yang beda hanya komposisi sekolah saja, dan itu kami sudah punya geospasial dari sekolah tersebut, baik itu PAUD sampai pesantren," katanya.
Baca juga: Kemenkes sediakan standar gizi untuk Program Makan Bergizi Gratis
Baca juga: Kementan jalin komitmen pasokan 2 juta sapi hidup untuk makan bergizi
Baca juga: Ahli: Edukasi orang tua tentukan keberlanjutan makan bergizi gratis
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024