“Dokter saya bilang, kanker payudara itu adalah kanker yang ringan dari kanker-kanker yang lain, sepanjang dia di awal (pemeriksaannya),” kata Linda Agum Gumelar di Jakarta, Kamis.
Cara-cara seperti itu sangat berpengaruh mengajak para wanita Indonesia untuk mau memeriksakan kanker payudara sejak dini, agar mereka tidak merasa khawatir dan takut ketika diajak untuk memeriksakan apakah mereka mengidap atau tidak.
Menurut dia, wanita Indonesia harus memiliki keberanian untuk memeriksakan kanker tersebut ada atau tidak dalam dirinya. Sehingga, pencegahan di awal dapat memberikan keuntungan bagi mereka agar lebih mudah untuk diobati.
Tidak hanya itu saja, keperdulian dia untuk wanita Indonesia agar tidak terkena kanker payudara juga terus dilakukan dengan berbagai cara seperti membangun komunikasi ke berbagai komunitas-komunitas wanita, keluarga dan juga para kerabat.
Menurut dia, alasan keterbatasan alat yang canggih, sumber daya manusia yang unggul serta keterbatasan biaya bukan menjadi alasan yang bisa diterima untuk tidak melakukan pengecekan kanker payudara.
Baca juga: Kemenkes punya program pemeriksaan kanker payudara gratis tahun depan
Pemerintah dengan segala upaya untuk mengentaskan masalah ini, sudah cukup mumpuni. Dia menjelaskan bahwa pemerintah sudah mempersiapkan berbagai hal tersebut untuk mempermudah para wanita Indonesia memeriksakan kanker payudara agar tidak terlambat.
“Kebijakan Bapak Menteri Kesehatan ya, 3 tahun terakhir ini semua kan suah dilakukan oleh beliau untuk menyiapkan alat mamografi di 500 provinsi, kabupaten dan kota serta 10.000 alat USG,” ucap dia.
Tidak hanya itu saja, YKPI juga memberikan berbagai pelatihan kepada tenaga kesehatan (nakes) yang ada di berbagai pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di hampir seluruh Indonesia.
“Jadi berbagai upaya kita lakukan bersama, kami juga ikut latihan eko, kami juga memberikan pelatihan kepada nakes-nakes dalam program itu. Jika kita bersama-sama membangun ketidakmengertian dan ketakutan-ketakutan, memberi semangat kepada pasien,” ujar dia.
Merujuk data yang dibagikan oleh Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, setiap tahunnya, lebih dari 66.000 wanita Indonesia menerima diagnosis kanker payudara dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, yaitu 30 persen dari total kasus.
Dalam hal ini, A2KPI (Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia) menyoroti statistik yang memprihatinkan, di mana lebih dari 48 persen pasien didiagnosis pada Stadium III dan 20 persen pada Stadium IV, dan 70 persen pasien meninggal atau mengalami masalah finansial hanya dalam waktu 12 bulan sejak terdiagnosa.
Baca juga: Kemenkes anjurkan deteksi kanker payudara sejak dini
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024