adanya listrik SuperSUN itu membuat warga pesisir lebih produktif, juga anak-anak sekolah kami bisa belajar pada malam hariPotret penerima manfaat
Ketika berada di Dermaga Maccini Baji, Kecamatan Labbakkang, Kabupaten Pangkep, saat malam hari, nun jauh di sana terlihat kerlap-kerlip cahaya di Pulau Saugi.
Saugi merupakan pulau yang terdekat dari dermaga dari 117 pulau yang ada di Kabupaten Pangkep, namun kondisinya tidak lebih baik dari pulau lainnya ketika belum memiliki penerangan tenaga surya.
Pulau yang berada di Desa Mattiro Baji, Kecamatan Liukang Tupa'biring, Kabupaten Pangkep, Sulsel, ini dihuni sekitar 400 jiwa dengan 130 kepala keluarga (KK), yang 70 persen di antaranya menggantungkan hidup dari hasil melaut.
Menurut Abdullah, warga Pulau Saugi yang sehari-hari mencari kepiting rajungan di laut, ketika penerangan di pulaunya masih menggunakan diesel, alat ini hanya beroperasi sekitar 4 jam, dari pukul 18.00 hingga pukul 22.00 Wita.
Namun pada waktu-waktu tertentu, saat musim ombak nelayan biasanya tinggal di rumah memperbaiki jaring atau pukat dan perahu mereka. Kondisi tersebut sangat terganggu jika tidak memiliki pencahayaan yang cukup.
Karena itu dengan adanya listrik tenaga surya SuperSUN, para nelayan dapat melakukan aktivitas pada malam hari, termasuk anak-anak mereka yang bersekolah dapat mengerjakan PR pada malam hari.
Sementara para ibu nelayan juga dapat memanfaatkan waktu untuk menambah penghasilan dengan membuat kue kering atau membuat es manis di dalam kulkas.
"Alhamdulillah dengan adanya listrik SuperSUN itu membuat warga pesisir lebih produktif, juga anak-anak sekolah kami bisa belajar pada malam hari," kata Kepala Desa Mattiro Baji H Muslimin.
Hal itu dibenarkan, Ketua Kelompok Perempuan Nelayan di Pulau Saugi, Hj Rahmatia.
Pada Mei 2018 sebelum pandemi COVID-19, warga Saugi sudah mulai menikmati listrik tenaga surya secara komunal. Iurannya terjangkau, hanya Rp20.000 per bulan per kepala keluarga.
Upaya mendapatkan listrik dengan harga terjangkau dan efisien itu tidak terlepas dari peran dua operator yakni Muh Ilham dan Yusman, yang secara bergantian mengoperasikan dan menjaga perangkat panel surya dan elektronik itu.
Sebelum dapat mengoperasikan perangkat PLTS itu, Ilham terlebih dahulu mengikuti lokakarya selama sepekan di Ciracas sehingga meski "hanya" lulusan STM, dia dipercaya mengelola PLTS itu.
Suka duka sudah dilewati Ilham mengelola listrik berbasis EBT itu dalam kurung 7 tahun terakhir. Namun, semangatnya untuk memajukan desa dan berbuat lebih dengan orang-orang di sekitarnya, ia memilih tetap menjadi operator PLTS daripada mencari pekerjaan lain dengan gaji yang lebih menggiurkan.
Gambaran dari warga Pulau Saugi ini menjadi salah satu potret kelistrikan sekaligus penerima manfaat Listrik SuperSUN di Sulsel. Harapannya ini dapat menjadi motivasi di daerah lainnya untuk bergerak bersama mewujudkan penerapan penggunaan energi bersih dengan berkolaborasi dengan multipihak di lapangan, hingga akhirnya target NZE 2060 tercapai dan dapat menunjukkan pada dunia, jika Indonesia adalah bangsa yang besar yang dapat memegang komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Operator dan pengelola PLTS di Pulau Saugi, Desa Mattiro Baji, Kecamatan Liukang Tupa'biring, Kabupaten Pangkep, Sulsel tengah membersihkan panel surya. ANTARA/Suriani Mappong
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024