Hingga kini, hidangan khas ini tetap menjadi favorit bagi banyak orang. Soto berkuah kuning ini mudah ditemukan di berbagai sudut kota di Indonesia, terutama di pinggir jalan. Keunikan soto Lamongan dibandingkan dengan soto lainnya adalah adanya tambahan koya udang yang menambah cita rasa gurih pada hidangan ini.
Soto Lamongan tercipta dari inovasi masyarakat setempat yang menggunakan bahan-bahan sederhana di sekitar mereka, kemudian diperkenalkan lebih luas oleh para pedagang lokal. Lantas, bagaimana sejarah lengkapnya hingga hidangan khas daerah ini menjadi begitu populer? Berikut ulasannya.
Sejarah Soto Lamongan
Soto Lamongan mulai muncul dan populer sekitar tahun 1980-an hingga 1990-an. Sebelum dikenal sebagai soto seperti saat ini, Soto Lamongan telah melalui proses modifikasi panjang. Hidangan khas ini menggabungkan berbagai pengaruh budaya, mulai dari Cina, Jawa, hingga Belanda.
Saat itu, sebagian besar masyarakat Lamongan adalah perantau yang berdagang soto di berbagai wilayah di Indonesia, dan usaha ini terbukti berhasil. Konon, pada masa lalu masyarakat Lamongan menjajakan soto dengan cara memikulnya dan berkeliling dari kampung ke kampung.
Pengaruh kuliner Cina peranakan pada resep soto ayam Lamongan masih tampak jelas hingga kini, terutama melalui penggunaan soun, kecap, dan tauge, bahan-bahan yang dibawa oleh masyarakat peranakan Cina.
Sementara itu, penggunaan kunyit, jahe, lengkuas, serai, dan daun salam mencerminkan tradisi kuliner Jawa yang dipengaruhi budaya India. Jejak kuliner Eropa juga terlihat dari penggunaan ketumbar, merica, seledri, dan kubis.
Sejarah Soto Lamongan tak lepas dari Dusun Kebontengah, Kecamatan Deket, Lamongan, yang dipercaya sebagai tempat makam Buyut Bakal, juru masak Sunan Giri. Menurut kepercayaan setempat, Buyut Bakal berperan dalam perkembangan soto Lamongan yang kini menjadi mata pencaharian masyarakat di daerah tersebut.
Seiring waktu, Soto Lamongan berkembang dan memiliki banyak variasi, tetapi tetap mempertahankan karakteristik kuahnya yang kaya rempah dan toping koya, yaitu campuran kerupuk udang dan bawang putih goreng yang ditumbuk halus.
Penggunaan koya dalam Soto Lamongan menjadi ciri khas tersendiri yang membedakannya dari soto-soto lainnya di Indonesia. Koya ini tidak hanya memberikan rasa gurih yang lebih dalam, tetapi juga menambah tekstur yang menarik pada kuah soto.
Resep Soto Lamongan
Untuk Anda yang ingin mencoba membuat Soto Lamongan di rumah, berikut merupakan resep autentik Soto Lamongan yang bisa Anda coba.
Bahan-bahan
- 500-700 gram ayam kampung
- 5L air
- 5 lembar daun jeruk
- 1 sdt garam 1 sdt gula pasir
- 2 sdm kecap manis
- 2 batang serai (ditumbuk)
- 2 cm lengkuas (ditumbuk)
- 2 sdm minyak, untuk menumis
- 300 ml minyak, untuk menggoreng bumbu halus
- 12 butir bawang merah
- 8 siung bawang putih
- 2 cm jahe
- 3 cm kunyit bakar
- 4 butir kemiri
- 1 sdm bawang putih goreng
- 1 sdm bawang merah goreng (bumbu pelengkap)
- 50 g soun kering (seduh air hangat dan tiriskan)
- 2 buah tomat (potong kasar)
- 2 batang daun seledri (cincang halus)
- 3 butir telur ayam rebus (diiris)
- 200 g kol (iris halus)
Cara membuat Soto Lamongan
1. Rebus air dan ayam dalam panci dengan api kecil hingga ayam matang dan empuk. Saring kaldu dan sisihkan.
2. Panaskan minyak, lalu goreng ayam hingga kecoklatan dan suwir-suwir.
3. Didihkan kembali kaldu dalam panci.
4. Panaskan minyak dan tumis bumbu halus, serai, lengkuas, dan daun jeruk hingga harum.
5. Tambahkan tumisan bumbu, garam, gula, dan Bango kecap manis ke dalam kaldu. Masak hingga mendidih.
6. Siapkan mangkuk untuk bahan pelengkap, kecuali sambal. Letakkan suwiran ayam di atasnya, lalu siram dengan kuah soto. Sajikan selagi hangat.
Kini, Soto Lamongan tidak hanya mudah ditemukan di Lamongan, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Kehadiran pedagang soto keliling turut menyebarkan popularitas soto ini sehingga menjadi salah satu kuliner favorit masyarakat.
Soto Lamongan tidak hanya sekedar makanan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang memperkaya kuliner Nusantara. Keunikan rasa dan kesederhanaan bahan membuatnya dapat diterima berbagai kalangan, baik di Indonesia maupun mancanegara.
Baca juga: Beda soto dengan gulai
Baca juga: Mudah, ini resep soto bathok khas Yogyakarta
Baca juga: Perbedaan soto boyolali dan soto kudus
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024