Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendukung rumah sakit (RS) vertikal atau RS yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan uji klinis alat medis melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi medis dunia.

Hal itu disampaikan Budi merespons Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo yang memohon arahan mengenai strategi kerja sama dengan perusahaan teknologi medis. Kerja sama tersebut memang diperlukan untuk menghadirkan alat medis tercanggih di RS vertikal.

Baca juga: Menkes targetkan 33 RS vertikal dapat CPOB dari BPOM pada tahun ini

“Semua rumah sakit vertikal harus punya alat-alat yang paling canggih dalam rangka clinical trial di bawah clinical research unit (CRU),” kaya Budi dalam acara Peringatan HUT ke-31 RS Kanker Dharmais sekaligus peringatan Bulan Kesadaran Kanker Payudara di Jakarta, Rabu.

Ia mencontohkan bagaimana proton beam therapy atau terapi sinar proton yang dihadirkan pertama kali di Mayo Clinic Amerika. Hal itu dimungkinkan Hitachi High-Tech menawarkan uji klinis alat medis melalui kerja sama dengan rumah sakit terbesar di Amerika tersebut.

Apabila ada perusahaan teknologi medis dunia yang menawarkan uji coba alat medis ke RS Kanker Dharmais, pihaknya mendukung upaya kerja sama tersebut. Ini juga telah didukung Kemenkes melalui pembentukan unit penelitian klinis (CRU).

“Jadi, kalau ada, misalnya United Imaging mau coba MRI yang 5-Tesla, yang di dunia mungkin masih percobaan, ya itu harus pasangnya di A (RS tipe A). RS Dharmais? Boleh. Karena mereka kan butuh clinical trial. Mereka butuh pasien. Mereka butuh bantuan yang bisa melakukan itu,” kata Budi.

Berkaitan dengan uji klinis alat medis, ia menambahkan bahwa seluruh RS vertikal nantinya juga harus memiliki ruang atau gedung khusus untuk mendukung penelitian. Hal ini juga selaras dengan amanah pemerintah pusat kepada rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah.

Pada kesempatan yang sama, Budi menyampaikan apresiasinya kepada RS Kanker Dharmais yang menghasilkan banyak capaian pada usianya yang menginjak 31 tahun, salah satunya kontribusi dalam National Cancer Plan.

Sebelumnya, pada awal Oktober lalu, Menkes menetapkan Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional (National Cancer Prevention and Control Plan) 2024-2034 dalam acara Indonesia International Cancer Conference (IICC) di Nusa Dua, Bali.

Baca juga: Kemenkes: RS vertikal harus jadi pengampu layanan kesehatan di daerah

Baca juga: Menkes ingin RS Vertikal di Indonesia seperti Mayo Clinic di AS


Budi mengatakan National Cancer Plan merupakan dokumen wajib yang diminta oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak lama dan baru diselesaikan oleh Indonesia belum lama ini.

Meski telah memiliki National Cancer Plan, Budi mendorong RS Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional untuk mengembangkan National Cancer Registry atau Registri Kanker Nasional yang diharapkan selesai setidaknya pada tahun depan. Dengan begitu, Registri Kanker Indonesia dapat masuk ke Cancer Incidence in Five Continents (CI5).

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024