Indonesia, sebagai salah satu importir bahan bakar minyak (BBM), akan mendapat manfaat signifikan jika bergabung dengan BRICS
Konsekuensi yang mengintai

Apabila Indonesia bergabung dengan BRICS, tentu tidak luput dari sejumlah konsekuensi ekonomi maupun geopolitik. Dari sisi ekonomi, peneliti dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Yeta Purnama sudah mewanti-wanti bahwa bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS dapat menunda progres aksesi Indonesia untuk bergabung dengan OECD.

Keputusan ini dapat berdampak pada prioritas Indonesia, karena menjadi anggota OECD selaras dengan visi Indonesia untuk menjadi negara maju. Bagi Indonesia, menambah komitmen multilateral dengan bergabung ke BRICS, di tengah keterbatasan sumber daya, bisa menghambat fokus pada kerja sama OECD yang dipandang lebih strategis.

Selain itu, keanggotaan BRICS juga bisa memperdalam ketergantungan Indonesia pada China. Saat ini, perdagangan dan investasi dari China ke Indonesia telah meningkat signifikan, dengan nilai impor yang melonjak 112,6 persen dalam 9 tahun terakhir. Dari 29,2 miliar dolar AS pada 2025, menjadi 62,1 miliar dolar AS pada 2023.

Tren ini dikhawatirkan memperlihatkan ketergantungan yang makin dalam. Apabila dibiarkan, berpotensi mempersempit ruang diplomasi Indonesia dan berdampak pada stabilitas ekonomi domestik jika ketergantungan tersebut berlanjut tanpa kontrol.

Sementara itu, dari segi geopolitik, kekhawatiran muncul terkait netralitas Indonesia dalam isu-isu sensitif, seperti konflik di Laut China Selatan, di mana posisi independen Indonesia bisa terganggu jika berada dalam aliansi yang dominan China.

Bergabungnya Indonesia ke BRICS pada dasarnya merupakan langkah strategis yang punya potensi untung-rugi. Di satu sisi, BRICS membuka peluang diversifikasi ekonomi dan akses ke pasar negara berkembang. Namun, di sisi lain, risiko terkait ketergantungan pada China--dan kemungkinan terpengaruh oleh dinamika internal antaranggota BRICS--bisa menantang Indonesia untuk menjaga keseimbangan dalam kebijakan luar negerinya.

Keanggotaan BRICS berpotensi memengaruhi hubungan Indonesia dengan mitra tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ada kemungkinan bahwa negara-negara ini akan menganggap langkah tersebut sebagai pergeseran arah kebijakan luar negeri Indonesia, yang bisa berdampak pada kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan bantuan.

Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah untuk melakukan analisis atau kajian yang lebih mendalam terkait hal ini sebelum mengambil keputusan akhir. Dengan pendekatan yang hati-hati, keanggotaan Indonesia di BRICS bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi perekonomian nasional pada masa depan.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024