Palangka Raya (ANTARA News) - Penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) di kota Palangka Raya akibat kabut asap pekat yang melanda kota itu dalam beberapa pekan terakhir, kini telah dikategorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah penderita mencapai 1.788 orang dalam satu minggu.
Kepala Subdin Pemberantasan dan Pencegahan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya drg Tiur Simatupang, di Palangka Raya, Kamis, menyatakan jumlah tersebut melebihi ambang batas KLB yaitu 1.700 penderita dalam satu minggu.
"Secara kumulatif jumlah penderita dari delapan Puskesmas di kota Palangka Raya memang telah masuk KLB, tapi perlu dicari pula kantong-kantong dengan jumlah penderita tertinggi guna memaksimalkan penanganan," katanya.
Hal itu, lanjutnya, disebabkan jumlah penderita ISPA di tiap Puskemsmas berbeda, ada yang hanya 40-50 penderita tapi ada juga yang mencapai 400-an penderita lebih. Kalau diperlukan, pihaknya akan mencari data lengkap hingga perdesa, per RT.
Peningkatan status KLB tersebut akan diikuti upaya peningkatan SKD (sistem kewaspadaan dini) yang sebelumnya diberlakukan dalam hitungan minggu, kini akan mulai diterapkan per hari.
"Puskesmas Panarung akan lebih banyak menjadi perhatian karena jumlah penderita mencapai 430-an. Segera, kami akan melakukan bimbingan-bimbingan teknis ke sejumlah puskesmas," ujarnya.
Bimbingan teknis yang dimaksud bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap kunjungan para penderita ISPA, termasuk memberikan penyuluhan secara langsung kepada para penderita itu.
Disamping itu, kata Tiur, pihaknya akan terus memantau persediaan obat dan masker di masing-masing puskesmas. Tetapi secara umum obat untuk penderita ISPA hingga kini masih belum ada kekurangan stok.
"Karena ISPA tidak memerlukan antibiotik, hanya obat pelega tenggorokan saja, kecuali untuk penderita yang telah cukup parah," ungkapnya.
Terkait status KLB itu, Tiur menilai, pemerintah pusat dan provinsi belum dalam konteks turun tangan penanganan tapi lebih pada petunjuk dan bimbingan.
"ISPA bukan penyakit yang dinilai mematikan. Tidak seperti flu burung yang butuh peran serta pemerintah pusat seperti dari Depkes. Lagipula ISPA sudah lazim terjadi di wilayah ini yang memang sering dilanda kabut asap," ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006