Kami ... menarik uang yang lusuh, yang jelek, dengan mengganti uang yang baruRupiah kartal masih jadi tulang punggung
Syahdan, minimnya akses ke perbankan modern menjadi persoalan lain. Di Pulau Geser, belum ada mesin ATM satu pun. Masyarakat hanya bisa melakukan tarik tunai di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Maluku dan Maluku Utara yang berlokasi di depan kantor kecamatan. Di tengah keterbatasan jaringan internet dan akses perbankan, maka uang dalam bentuk kartal masih menjadi tulang punggung alias backbone roda perekonomian pulau.
Namun, ketergantungan pada uang kartal menghadirkan masalah lain: uang lusuh yang beredar sering kali dalam kondisi rusak.
Aniyah, misalnya, khawatir ketika menerima uang kartal yang sudah robek dari pembeli. Ia mengeluhkan kondisi uang-uang yang sudah tak layak edar, sambil memegang selembar uang kertas yang sudah terlipat-lipat dan sedikit robek.
"Uang-uang ini sudah banyak yang robek, kalau diberikan ke pelanggan, rasanya enggak enak. Kasihan juga mereka dapat kembalian seperti ini,” keluhnya sambil mengusap lembaran uang itu dengan jari-jarinya, mencoba meluruskan sudut-sudut yang terkoyak.
Tak heran uang lusuh lumrah beredar di sekitar. Dalam ritme kehidupan sehari-hari masyarakat, rupiah kartal menjadi kebutuhan utama, sebuah kenyataan yang mendesak agar lembaran rupiah layak edar tetap tersedia di tangan mereka. Situasi ini yang mendorong Bank Indonesia (BI) dan TNI Angkatan Laut (TNI AL) menggelar Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) tahun 2024.
Ketika Rabu pagi (23/10), masyarakat Pulau Geser menyambut kedatangan tim Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) tahun 2024 sebagai misi dari Bank Indonesia dan TNI AL untuk memastikan ketersediaan uang rupiah layak edar di pelosok negeri.
Mereka mendapati harapan baru ketika Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Lada 521 berlabuh membawa berbagai layanan; penukaran uang rupiah, sosialisasi Cinta, Bangga, Paham (CBP) rupiah, penyaluran bantuan sosial (bansos), serta layanan kesehatan gratis.
Bagi masyarakat sekitar yang kesehariannya bergantung pada transaksi tunai, mendapatkan rupiah dalam kondisi baik merupakan hal yang sangat berarti. Mereka berbondong-bondong menukarkan uang mereka ke layanan kasir Bank Indonesia yang digelar di kantor kecamatan. Mereka menukarkan uang-uang yang sudah lusuh, robek, dengan uang rupiah emisi terbaru. Bank Indonesia membawa uang sebesar Rp1,64 miliar dengan beragam nominal pecahan sebagai modal awal penukaran uang di Pulau Geser.
"Kami menyediakan uang yang berkualitas, dengan menarik uang yang lusuh, yang jelek, dengan mengganti uang yang baru atau clean money policy. Kegiatan ini sejatinya sudah kita mulai di 2012, tetapi baru kita membuat kegiatan yang terpola, terprogram itu sejak tahun 2021," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim saat mendampingi Tim Ekspedisi Rupiah Berdaulat.
Tatkala layanan penukaran rupiah sedang berlangsung, Saleman (53), seorang nelayan Pulau Geser terlihat menggenggam beberapa lembar uang usangnya sambil memilah sesuai dengan nominal pecahan untuk ditukarkan.
Dengan wajah penuh antusiasme, ia menukarkan uang-uang lamanya yang terkumpul dari hasil tangkap ikan. Total uang yang ia bawa mencapai Rp1.073.000, terdiri atas pecahan Rp1.000, Rp2.000, Rp10.000, dan Rp20.000. Sebagai nelayan, dirinya mengaku senang memegang uang baru karena lembaran uang yang ia simpan sebelumnya acap kali lusuh, robek hingga terkoyak karena melaut.
Sosok Aniyah dan Saleman ini menggambarkan bahwa situasi di tengah mata pencaharian masyarakat yang bergelut dengan laut dan ladang, uang kartal rupiah bukan sekadar alat tukar. Rupiah menjadi saksi yang menghubungkan kehidupan para nelayan, pedagang, dan petani dalam ritme perekonomian yang terus bergerak di negeri seribu rempah.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024