Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia dalam kesiapsiagaan bencana alam, sehingga ke depannya semakin memudahkan kedua negara untuk saling berbagi informasi kebencanaan.
"Kami hari ini datang ke Aceh untuk melakukan pelatihan. Ini upaya memperkuat hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan Indonesia dalam hal kesiapan menghadapi bencana," kata Penjabat (Pj) Konsulat Amerika Serikat untuk Sumatera Kristy Mordhorst, di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Kristy Mordhorst usai melaksanakan kegiatan Crisis Management Exercise atau simulasi tanggap bencana bersama TDMRC Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh dan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), di Banda Aceh.
Simulasi bencana tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati 20 tahun tsunami Aceh dan 75 tahun hubungan bilateral Amerika Serikat dengan Indonesia.
Simulasi itu diikuti oleh instansi yang menangani kebencanaan dari lima provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung. Difasilitasi spesialis pelatihan manajemen krisis kebencanaan dari Foreign Service Institute Kemenlu Amerika Serikat, Michael Jack.
Baca juga: Anggota DPR RI: Kearifan lokal "Smong" di Aceh jadi contoh mitigasi tsunami
Kristy mengatakan, dengan penguatan hubungan ini, kedua pihak diharapkan cukup siap menangani dan merespons jika terjadi bencana.
Menurut dia, penguatan hubungan ini akan sangat memudahkan kedua pihak untuk saling berbagi informasi ketika bencana terjadi.
"Ketika bencana terjadi, sudah pasti semua pihak perlu mengetahui siapa saja yang dapat dihubungi agar mendapatkan informasi lebih lanjut," ujarnya.
Dia menegaskan simulasi tanggap bencana memang harus dilakukan setiap saat dan oleh siapapun, seperti di Amerika baru-baru ini mengalami dua badai hebat, dan belum sepenuhnya paham dalam menangani situasi tersebut.
"Oleh karena itu, perlu dilakukan latihan agar mereka tahu bagaimana respons ketika bencana terjadi," kata Kristy.
Dalam kesempatan ini, Michael Jack menegaskan pelatihan kebencanaan sangat diperlukan mengingat musibah alam itu sudah pasti akan terjadi.
Jika pelatihan dilaksanakan secara berkala, lanjut dia, maka semua orang sudah tahu apa yang harus mereka lakukan ketika bencana terjadi.
Baca juga: Pj Gubernur: 20 tahun tsunami Aceh momentum semangat mitigasi bencana
"Pelatihan tidak hanya membuat kita meningkatkan jumlah kontak satu sama lain, tetapi juga untuk melatih diri sendiri agar selalu waspada dan respons terhadap bencana," ujar Jack Michael.
Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA, mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Amerika Serikat atas dukungan yang terus diberikan kepada masyarakat Aceh dalam upaya mitigasi bencana.
Dia juga mengapresiasi dukungan dari Pemerintah Amerika Serikat yang tidak hanya memberikan bantuan pascabencana tetapi juga terus mendampingi masyarakat Aceh dalam program edukasi kebencanaan.
"Kolaborasi ini sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan pemahaman masyarakat dalam menghadapi potensi bencana," katanya.
Dia menambahkan, pengalaman bencana tsunami yang terjadi dua dekade lalu telah membawa banyak pelajaran berharga bagi Aceh.
Menurut dia, peristiwa tsunami yang menelan lebih dari 200 ribu korban jiwa itu mengajarkan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi yang efektif.
Baca juga: Australia terus perkuat kemitraan kebencanaan dengan Indonesia
"Masyarakat Aceh terus berusaha belajar dan memperbaiki sistem mitigasi bencana agar dapat menghadapi potensi risiko di masa mendatang," kata Safrizal ZA.
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024