KAI akan terus menjalin kerja sama dengan stakeholder terkait seperti BPH Migas untuk memastikan penyaluran BBM subsidi berjalan dengan lancar.
Jakarta (ANTARA) - Realisasi penyaluran bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi untuk kereta api penumpang dan barang bagi PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta mencapai 71,23 persen hingga September 2024.
Sejak Januari hingga September, KAI Daop 1 Jakarta telah menerima 35.757 kiloliter solar subsidi dari kuota yang disediakan sebanyak 50.200 kiloliter oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Manajer Humas KAI Daop 1 Jakarta Ixfan Hendriwintoko menyatakan dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa, bahwa pemakaian BBM subsidi tersebut sudah diatur dalam Surat Keputusan Kepala BPH Migas Nomor 53/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala BPH Migas Nomor 94/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2023.
Pihaknya pun berkomitmen untuk memanfaatkan alokasi BBM subsidi tersebut secara optimal demi mendukung mobilitas angkutan barang dan penumpang dengan kereta api.
Ia mengatakan bahwa pihaknya juga berkomitmen untuk membantu para pemangku kepentingan terkait, seperti BPH Migas dan Pertamina, untuk memastikan penyaluran bahan bakar subsidi berjalan lancar.
“KAI akan terus menjalin kerja sama dengan stakeholder terkait seperti BPH Migas untuk memastikan penyaluran BBM subsidi berjalan dengan lancar serta sesuai aturan yang ditetapkan, sehingga tetap memenuhi prinsip good corporate governance (GCG),” ujar Ixfan.
Total kuota BBM solar bersubsidi yang disediakan oleh BPH Migas untuk kereta api umum penumpang dan barang pada tahun ini berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPH Migas Nomor 53/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024 adalah sebesar 196.653 kiloliter.
Vice President Public Relations PT KAI (Persero) Anne Purba menuturkan bahwa dari jumlah tersebut, sebanyak 172.849 kiloliter solar bersubsidi diperuntukkan bagi kereta api penumpang dan 1.050 kiloliter bagi kereta api barang komoditas klinker.
Sementara 2.529 kiloliter untuk kereta api barang komoditas parsel, 15.539 kiloliter untuk kereta api barang komoditas peti kemas, serta 4.686 kiloliter untuk kereta api barang komoditas semen.
“Kehadiran kuota bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi bagi perkembangan transportasi massal seperti kereta api sangat diperlukan,” ujarnya pula.
Baca juga: BPH Migas dorong PT KAI optimalkan pemanfaatan BBM subsidi
Baca juga: KAI-BPH Migas kolaborasi efisiensi penggunaan BBM subsidi di KA
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024