Musim hujan di Provinsi Sumbar baru akan terjadi pada awal November 2024. Stasiun GAW juga mengingatkan masyarakat agar tidak membakar sampah atau membuka lahan baru dengan cara dibakar
Padang (ANTARA) - Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau GAW Bukit Kototabang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menjelaskan kemarau panjang di tanah air imbas dari keberadaan siklon di sekitar Filipina.
"Kami melihat ada semacam gangguan berupa siklon di sebelah Filipina sehingga angin dari arah selatan (India) tertuju ke sana," kata Koordinator Data dan Informasi Stasiun GAW Bukit Kototabang, Andi Sulistiyono saat dihubungi di Padang, Selasa.
Baca juga: Bantul distribusikan air bersih 3,8 juta liter ke wilayah kekeringan
Seharusnya, sambung dia, periode Oktober-November siklon tersebut sudah mengarah atau berada di wilayah Australia. Kondisi tersebut mengakibatkan kemarau yang lebih panjang di Indonesia termasuk di Sumbar. Padahal, BMKG memperkirakan Oktober hingga November 2024 Ranah Minang sudah memasuki musim penghujan.
"Belum masuknya musim penghujan di Sumbar ini karena ada gangguan di atmosfer tadi," kata dia.
Andi memperkirakan, musim hujan di Provinsi Sumbar baru akan terjadi pada awal November 2024. Stasiun GAW juga mengingatkan masyarakat agar tidak membakar sampah atau membuka lahan baru dengan cara dibakar.
Sebab, cara-cara tersebut dapat memperparah dan meningkatkan risiko penurunan kualitas udara akibat musim kemarau yang telah terjadi sejak beberapa waktu terakhir.
Ia menambahkan, hingga saat ini kondisi kemarau panjang akibat siklon di sekitar Filipina tersebut belum berdampak pada penurunan kualitas udara. Hanya saja, kondisi lahan kering yang terjadi dapat menimbulkan atau memicu gangguan pernapasan.
Baca juga: BMKG paparkan penyebab hujan di Flores di puncak musim kemarau
Oleh karena itu, Stasiun GAW Kototabang mengimbau masyarakat untuk bijak menyikapi kondisi tersebut misalnya dengan menggunakan masker atau penutup hidung untuk mencegah gangguan pernapasan akibat debu.
"Sejauh ini kualitas udara masih tergolong bagus, hanya saja potensi jumlah debu di udara makin besar," ujar dia.
Sementara itu, Jamal salah seorang warga Kabupaten Padang Pariaman mengatakan selama beberapa hari terakhir cuaca terasa begitu panas sehingga kurang mendukung untuk beraktivitas di luar rumah.
"Cuacanya memang begitu panas selama beberapa hari terakhir," kata Jamal.
Baca juga: BPBD: Wilayah terdampak kekeringan di Banyumas mulai berkurang
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024