Beijing (ANTARA) - Di ruang konsultasi sebuah rumah sakit di China tengah, tidak ada peralatan medis maupun bau disinfektan yang biasanya lazim ditemui di rumah sakit. Di sana hanya terlihat sebuah kotak pasir dan beberapa boneka mainan untuk terapi bermain pasir, serta beberapa tanaman dan sambutan hangat dari seorang psikiater yang murah senyum.

Ketika Wang Fang (bukan nama sebenarnya), seorang perempuan berusia 33 tahun yang baru melahirkan, memasuki ruangan tersebut belum lama ini, kondisi pikirannya sudah lebih tenang dibandingkan saat kunjungan pertamanya.

Lima bulan yang lalu, Wang melahirkan bayinya dan resmi menjadi seorang ibu. Namun tak lama berselang, dia diliputi stres, merasakan tanggung jawab yang sangat besar terhadap bayinya, dan kerap meragukan kemampuannya mengasuh anak. Terkadang, Wang mendapati dirinya menangis atau tiba-tiba kehilangan kesabaran.

Setelah mencari bantuan profesional di Rumah Sakit Rakyat Provinsi Henan, Wang didiagnosis menderita depresi pascapersalinan.

"Masalah kesehatan mental umum terjadi pada wanita hamil dan ibu baru," kata psikiaternya, Zhang Hongju, yang menjelaskan bahwa perubahan hormonal dapat membuat beberapa perempuan lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi.

Dengan konseling dan terapi fisik, Wang mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan menemukan rasa tenang yang baru.

Kajian ilmiah mengungkap bahwa perempuan lebih sering mengalami gangguan emosional dibandingkan pria. Gangguan yang paling umum terjadi antara lain depresi perinatal, sindrom pramenstruasi, dan masalah yang berhubungan dengan menopause.

Menurut Zhang Cuilian, kepala eksekutif rumah sakit tersebut, klinik kesehatan mental baru untuk perempuan ini merupakan bagian dari inisiatif rumah sakit guna memberikan dukungan komprehensif bagi kaum perempuan.

"Tekanan yang dihadapi perempuan, baik yang bekerja maupun mengurus rumah tangga, dapat berdampak pada kehidupan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan," ujar Zhang.

Dalam beberapa tahun terakhir, rumah sakit-rumah sakit umum di China mendirikan klinik kesehatan mental khusus untuk perempuan, banyak di antaranya menyediakan layanan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pasien.

Tidak seperti konsultasi tradisional, yang kerap hanya berlangsung selama lima sampai sepuluh menit, konsultasi di Rumah Sakit Pertama Universitas Tsinghua di Beijing memungkinkan percakapan selama 30 menit, sehingga pasien memiliki cukup waktu untuk mencurahkan isi hatinya kepada psikiater.

Setelah itu, pasien mengisi kuesioner terperinci agar psikiater dapat merancang rencana perawatan yang dipersonalisasi yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

Pang Yina, seorang pasien berusia 24 tahun, merasa puas dengan perawatannya yang berjalan selama enam bulan. "Dokter saya terasa seperti kakak perempuan yang selalu dapat saya andalkan. Dia mendengarkan segala keluhan dan membantu saya mengatasi emosi negatif," ungkap Pang.

Liu Zuoyuan, seorang peneliti di Institut Tata Kelola Nasional di Institut Teknologi Beijing, menyampaikan bahwa "rasa hormat, perlindungan, dan kepedulian terhadap perempuan" telah lama menjadi nilai inti China. Meningkatnya jumlah klinik kesehatan mental perempuan mencerminkan upaya China yang tak kenal lelah untuk meningkatkan layanan yang melindungi hak dan kesejahteraan perempuan.

China telah mencapai kemajuan luar biasa di bidang kesehatan perempuan. Hingga saat ini, hampir 200 juta perempuan telah mendapatkan manfaat dari pemeriksaan kanker serviks dan payudara. Tahun lalu, sekitar 98,2 persen perempuan hamil melakukan pemeriksaan prapersalinan dan 99,95 persen melahirkan di rumah sakit. Angka kematian ibu di negara ini jauh di bawah nilai median untuk negara-negara berpenghasilan menengah ke atas.

Saat ini, China berada di posisi terdepan di dunia dalam indikator utama kesehatan ibu dan anak, demikian menurut Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission/NHC) China.

Meski demikian, China terus memperkuat jaringan layanan kesehatannya, dengan kesehatan mental perempuan sebagai salah satu fokusnya.

Bagi Liu, perluasan klinik kesehatan mental perempuan juga mencerminkan komitmen China terhadap strategi "mengutamakan kesehatan" yang berfokus pada pencegahan dan perawatan proaktif.

Dengan kemajuan solid dalam perawatan kesehatan, China beralih dari yang awalnya hanya mengobati penyakit menjadi menjaga kesehatan secara keseluruhan, tutur Liu.

"Kesehatan fisik dan mental sama pentingnya," kata Pang, seorang pasien berusia 24 tahun.

"Saya berharap lebih banyak rumah sakit akan mendirikan klinik kesehatan mental perempuan dan masyarakat memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan kesehatan mental perempuan," katanya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024