Pentingnya desain pembangunan pemuda

Untuk membangun pemuda Indonesia yang kompetitif di kancah global, diperlukan desain besar yang holistik. Pembangunan pemuda harus mencakup pengembangan keterampilan kepemimpinan, kemampuan digital, kewirausahaan, serta pendidikan karakter yang kuat.

Desain ini juga harus memperhatikan kesetaraan akses terhadap pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan yang layak bagi seluruh pemuda, tidak terbatas hanya pada segelintir kelompok. Tanpa pendekatan yang menyeluruh, pembangunan pemuda akan terus tertinggal dari sektor olahraga.

Selain itu, peningkatan partisipasi pemuda dalam kewirausahaan harus menjadi fokus utama. Dalam era ekonomi digital, keterampilan kewirausahaan sangat penting untuk mengurangi angka pengangguran dan mendorong inovasi.

Pemuda yang kreatif dan inovatif adalah modal utama bagi kemajuan ekonomi Indonesia di masa depan. Untuk itu, program pelatihan dan pendampingan bagi pemuda dalam bidang kewirausahaan harus dirancang dan didukung secara konsisten oleh Pemerintah.


Pemecahan Kemenpora

Salah satu solusi yang bisa diambil untuk menyelesaikan ketidakseimbangan ini adalah memecah Kemenpora menjadi dua kementerian terpisah yaitu Kementerian Pemuda dan Kementerian Olahraga.

Dengan pemisahan ini, masing-masing kementerian dapat fokus pada bidangnya sendiri. Kementerian Pemuda akan dapat memusatkan perhatian pada pembangunan sumber daya manusia muda, mengembangkan program-program kewirausahaan, pendidikan, dan pelatihan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan dan kepemimpinan. Di sisi lain, Kementerian Olahraga bisa lebih fokus pada pembinaan atlet, pengembangan infrastruktur olahraga, serta memajukan prestasi olahraga di tingkat nasional dan internasional.

Pemecahan Kemenpora menjadi dua kementerian ini akan memungkinkan Pemerintah untuk lebih efisien dalam mengalokasikan sumber daya dan memastikan bahwa kedua sektor yang krusial ini mendapatkan perhatian yang seimbang. Selain itu, pemisahan ini juga bisa mengurangi beban birokrasi yang dihadapi oleh Kemenpora  sehingga setiap kementerian dapat menjalankan tugasnya dengan lebih fokus dan efektif.

Jika pemecahan Kemenpora tidak memungkinkan dalam waktu dekat, ada alternatif lain yang bisa diterapkan, yaitu pembagian peran antara menteri dan wakil menteri, seperti yang diterapkan di Kementerian Belia dan Sukan Malaysia.

Dalam model ini, menteri dan wakil menteri memiliki tanggung jawab yang berbeda, salah satu berfokus pada pengelolaan sektor olahraga, sedangkan yang lain menangani pembangunan pemuda. Dengan pembagian peran yang jelas, baik pemuda maupun olahraga, akan mendapatkan perhatian yang setara, meskipun Kemenpora tetap berada di bawah satu atap.

Dalam hal ini Taufiq Hidayat sebagai Wakil Menpora, yang mantan atlet berkelas dunia, bisa menangani aspek pembangunan olahraga dan Menteri Dito bisa fokus ke pengembangan pembangunan pemuda.

Pembagian peran ini memberikan fleksibilitas bagi Kemenpora untuk memastikan bahwa sektor pemuda tidak lagi diabaikan. Dengan menteri dan wakil menteri yang fokus pada tanggung jawab masing-masing, program-program pembangunan pemuda bisa mendapatkan perhatian yang lebih besar dan terencana.

Tentu hal ini harus disertai dengan reformasi birokrasi yang memadai di internal Kemenpora. Jika Presiden Prabowo mengatakan bahwa kita harus sadar dan akui bahwa birokrasi kita terkenal lambat dan ribet, maka Kemenpora juga harus mereformasi diri dengan mengubah kebiasaan slow response dan telat bergerak dengan tampil lebih progresif dan cekatan.

 

*) Tantan Taufiq Lubis adalah mahasiswa Program Doktoral Hukum, Universitas Al Azhar yang juga merupakan pendiri OIC Youth, Presiden World NYC Federation dan Ambassador to World Youth Forum serta Ketua Umum DPP KNPI.

Copyright © ANTARA 2024