Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan tingginya permintaan terhadap Surat Utang Negara (SUN) perdana berdenominasi euro menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan nilai rupiah.
Namun, ia mengatakan, sentimen di dalam negeri menjelang pemilihan presiden membuat sebagian pelaku pasar keuangan cenderung memilih untuk menahan diri.
Selain itu, lanjut dia, data pertumbuhan lapangan kerja Amerika Serikat juga akan mempengaruhi nilai tukar rupiah ke dolar AS.
"Penguatan mata uang domestik diperkirakan terbatas menyusul data AS yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja, membaiknya data AS itu dapat mendorong penguatan dolar AS," katanya.
Sementara analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong memperkirakan defisit neraca perdagangan Indonesia masih menjadi penahan laju penguatan nilai rupiah.
"Pelaku pasar uang masih mengkhawatirkan kinerja neraca perdagangan Indonesia," katanya.
Ia menambahkan, harga minyak mentah dunia yang masih berpotensi menguat dapat menambah kekhawatiran pasar terhadap perbaikan kinerja neraca perdagangan Indonesia.
Di samping itu, menurut dia, kinerja rupiah juga masih terbebani oleh ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat tahun ini setelah kenaikan tarif dasar listrik serta peningkatan harga bahan pokok menjelang Hari Raya Lebaran.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014