Tekanan pada kami begitu besar untuk memenangkan pertandingan itu, jadi kami harus memberikan yang terbaikFortaleza (ANTARA News) - Kapten tim nasional Brasil Thiago Silva mengaku mental tim Samba jelang perempat-final piala dunia 2014 sudah cukup kuat untuk menghadapi tekanan melawan Kolombia pada Jumat, (4/7).
Tim tuan rumah Brasil tidak lepas dari kritik. Bukan soal penampilan, tetapi tentang Neymar dkk yang menitikan air mata ketika menang adu pinalti melawan Chile di 16 besar, (28/6).
"Saya pikir kondisi kami bagus secara psikologis. Kami melakukan apa yang kami cintai," kata bek Paris Saint-Germain pada Kamis.
"Tekanan pada kami begitu besar untuk memenangkan pertandingan itu, jadi kami harus memberikan yang terbaik dan ketika Anda melakukannya tidak mungkin bisa menahan gejolak emosional."
La Selecao julukan tim Brasil menggelar sesi latihan bersama psikolog olahraga awal minggu ini untuk menyiapkan laga selanjutnya melawan Kolombia di perempat-final, Jumat, (4/7), pukul 23.00 WIB.
Dan Silva manampik kritikan dari kepemimpinanya di luar kamp karena dukungan juga ditunjukkan oleh pelatih Brasil Luis Felipe Scolari.
"Ketika hal itu dikatakan kami harus berpaling. Pemimpin di samping saya, dia (Scolari) adalah komandan dan mendukung saya jadi saya tidak peduli apa yang orang luar katakan."
Silva mengatakan, "Saya hanya perlu memikirkan tentang pekerjaan saya. Inilah saya, saya sangat emosional dan ini hal yang sangat natural. Dan ini tidak mempengaruhi saya ketika di lapangan."
"Saya juga tidak berpikir perasaan emosional membuat segalanya lebih sulit. Saya telah mengatasi momen sulit. Ketika saya terkena tuberkulosis dan membahayakan hidup saya, tetapi saya pemenangnya dan di luar lapangan saya menunjukkan kematangan."
"Tim ini menangis ketika menyanyikan lagi kebangsaan, ketika mereka terluka, ketika mereka sukses mengesksekusi pinalti! Ayolah... Berhenti menangis! Cukup!," kata kapten yang mengantarkan Brasil mengangkat tropi piala dunia 1970, Carlos Alberto yang memicu perdebatan tentang La Selecao yang terlalu mudah menangis, demikian AFP.
Ketika Ayrton Senna memenangkan juara pertama di Formula 1 1998 dia menangis. Ronaldo juga menangis ketika melakukan come back dan sekaligus membawa Brasil juara di piala dunia 2002. Tetapi kenapa kasus Silva berbeda?
Menurut laman ESPN, alasan dikritiknya Silva karena tangisan itu terjadi ketika pertandingan masih berlangsung. Yang kedua, bek PSG itu menjadi korban dari ketulusan hatinya. Setelah pertandingan usai Silva mengungkapkan bahwa dia meminta Scolari untuk tidak menjadikannya penendang penalti,
Penerjemah: Okta Antikasari
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014