Jakarta (ANTARA News) - Sadar tidak didukung oleh sebuah partai besar, membuat rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memilih strategi politik pencitraan guna menyelamatkan dirinya dari sejumlah hal buruk yang melekat pada kepimpinannya. "Ini paralel dengan realitas sekarang di mana hampir semua media tidak lagi kritis terhadap pemerintah. Dan yang jelas, tidak ada presiden sehebat saat ini dalam memainkan politik pencitraan," tegas Sekjen PDI Perjuangan, Pramono Anung, di Jakarta, Rabu. Pramono Anung menyatakan itu, menanggapi hasil tabulasi data oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) berdasarkan pandangan 1.239 responden berusia 17 tahun ke atas di seluruh provinsi Indonesia, sebagaimana dipresentasikan Direkturnya, Saiful Mujani di Hotel Sari Pan Pasific. "Dalam politik modern, peran media massa sangat besar dan betul-betul mesti dimanfaatkan. Sebagai presiden yang tak didukung partai besar, wajar jika politik pencitraan ini jadi andalan, untuk mendapat simpati dari ruang publik," tambah Pramono Anung yang jadi pembicara pembanding bersama juru bicara kepresidenan, Andi Malarangeng pada acara presentasi data LSI itu. Sebelumnya, Saiful Mujani membeberkan hasil suvei lembaganya yang menunjukkan, meningkatnya popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla per Oktober 2006, setelah mengalami penurunan cukup signifikan dari Desember 2005 hingga Maret 2006. "Hampir tujuh dari 10 warga yang punya hak pilih atau 67 persen, merasa puas atau sangat puas dengan kerja mereka. Memang dibanding dengan posisi September 2005 (62 persen), sepertinya kenaikan ini tidak terlalu berarti. Tapi dibanding dengan posisi awal tahun 2006 yang hanya 55 persen, maka kenaikan per Oktober ini sangat signifikan," ungkap Saiful Mujani. Dikatakan, sumber naik-turunnya kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden dan Wakil Presiden saat ini, terutama berdasar evaluasi publik atas kondisi ekonomi nasional. Sulit Dilawan Pramono Anung secara terbuka menyatakan apresiasi atas prestasi Presiden Yudhoyono dan timnya dalam menjaga citra rezimnya. "Itulah memang yang jadi kelebihannya (Presiden Yudhoyono). Tidak ada yang bisa melawan Susilo Bambang Yudhoyono dalam soal ini (politik pencitraan)," kata Pramono Anung. Sementara itu, Andi Malarangeng menilai, tentu ada alasannya mengapa publik memandang positif terhadap kinerja Presiden dan Wakil Presiden saat ini. "Citra itu akan baik, jika memang kerjanya juga baik. Sebaliknya, meskipun kerja bagus tetapi tak dibungkus citra yang positif, tentu hasilnya juga lain," kilah Andi Malarangeng. Dikatakannya, pihaknya merasa sangat puas dengan hasil survei kali ini yang secara umum menunjukkan posisi positif. "Kalau ada yang naik turun, itu terjadi di tingkat atas. Antara atau di sekitar 50 persen," katanya lagi. Jika tren semacam ini berlanjut terus, Andi Malarangeng optimistis, rakyat menjadi lebih puas lagi. "Tetapi, untuk soal-soal yang berhubungan dengan 2009 (Pemilu dan Pemilihan Presiden), itu urusan belakang," kata Andi Malarangeng dalam nada penuh arti.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006