Kalau ini sekarang kan kita sedang melakukan pengereman `demand` kan supaya rupiah kita menguat, tapi itu tidak memecahkan masalah...."Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari EC Think Aviliani menilai pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan berlanjut hingga penghentian stimulus moneter (tapering off) oleh pemerintah Amerika Serikat benar-benar usai.
"Menurut saya pelemahan rupiah akan berlanjut, masih sampai menunggu kebijakan tapering off Amerika. Karena investor sudah memperkirakan kalau sampai tapering off nya nol, tidak ada lagi uang yang akan dicetak, dan itu berarti mereka tidak akan hidup," ujar Aviliani di Jakarta, Kamis malam.
Menurut Aviliani, investor akan menunggu kepastian berakhirnya tapering off lalu baru kemudian membawa dananya masuk ke Indonesia. Ia menuturkan, sebenarnya saat ini dana asing tetap masuk ke dalam negeri, namun tidak sebesar yang diharapkan oleh pasar.
"Sayangnya, kita hanya selalu bergantung pada hot money," kata Aviliani.
Kendati demikian, lanjut Aviliani, pemerintah tetap harus meneruskan pembangunan infrastruktur untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Kecenderungan rupiah akan melemah akibat pembangunan infrastruktur tersebut memang merupakan konsekuensinya.
"Sampai akhir tahun supaya pertumbuhannya cukup bagus, ini capex harus tetap dijalani. Karena masalah investasi kan tetap jadi kendala, walalupun tinggi tapi masih lebih rendah dari pada 2013, makanya harus digenjot. BUMN-BUMN harus dipaksakan enam bulan ini menggenjot infrastruktur sehingga pertumbuhan kita bisa lebih bagus," ujar Aviliani.
Aviliani menilai, pemerintah juga harus mulai memikirkan standby loan untuk cadangan dolar AS sendiri, bukan dengan mengerem permintaan domestik. Selain itu, pemerintah juga harus kembali gencar menggenjot devisa hasil ekspor (DHE) sebagai alternatif untuk menutupi pembiayaan untuk infrastruktur tersebut.
"Kalau ini sekarang kan kita sedang melakukan pengereman demand kan supaya rupiah kita menguat, tapi itu tidak memecahkan masalah. Menurut saya kita bangun infrastruktur, cari yang prioritas untuk efisiensi ekonomi," kata Aviliani. (C005)
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014