Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KemenKPK) mengoptimalkan peran konselor sebaya di Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) melalui duta Generasi Berencana (Genre) untuk mengatasi fenomena meningkatnya masalah gangguan mental pada remaja. 

“Jadi kami memerankan para duta Genre itu, mereka sekaligus menjadi konselor bagi teman-teman remaja yang menghadapi berbagai persoalan. Wadahnya adalah PIK-R, melalui konselor dan pendidik sebaya yang menjadi tempat mereka untuk berdiskusi, curhat, serta menyampaikan keluh kesahnya,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga KemenKPK Nopian Andusti saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu.

Baca juga: Menteri PPPA: Duta Genre berperan jaga kesehatan mental teman sebaya

Ia menyebutkan, para konselor remaja tersebut berperan sebagai panutan bagi teman-teman sebayanya, di mana KemenKPK sudah menempatkan sebanyak 83 ribu pasang duta Genre di setiap desa dan kelurahan.  

“83 ribu lebih pasang Duta Genre di seluruh Indonesia yang inilah yang akan menjadi role model bagi remaja di sekitarnya, juga menjadi calon-calon konselor sebaya,” ucapnya.

Ia menjelaskan, KemenKPK/BKKBN juga memiliki Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera Satyagatra (PPKS Satyagatra), yang menjadi wadah bagi masyarakat di setiap kecamatan ketika membutuhkan konseling terkait permasalahan mental.

“Di tiap-tiap balai penyuluh KB, maupun kantor-kantor perwakilan BKKBN, kita memberikan layanan kepada masyarakat yang membutuhkan konseling keluarga, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga para lanjut usia (lansia),” ujar dia.

Nopian menegaskan, di balai-balai penyuluh KB tersebut juga disediakan psikolog yang membantu memberikan konseling, namun karena tidak di semua tempat terdapat psikolog, maka KemenKPK mengoptimalkan peran para Genre, sedangkan khusus untuk di sekolah, KemenKPK berkolaborasi dengan guru bimbingan konseling (BK).

“Untuk memenuhi kebutuhan konselor, bisa dari guru BK yang ada di sekolah-sekolah, kemudian ada di puskesmas dan rumah sakit, ini sistemnya sudah kita bangun dari semua lini di balai-balai penyuluh KB, dan layanan itu sekarang sudah terbuka,” paparnya.

Baca juga: Forum Anak dan Genre garda terdepan cegah dampak negatif digitalisasi

Ia menegaskan, konselor-konselor sebaya yang ditempatkan oleh KemenKPK juga telah melalui pembinaan oleh para psikolog, psikiater, maupun para ahli sehingga dapat menggantikan peran apabila memang dibutuhkan.

“Remaja kita saat ini banyak menghadapi mengalami permasalahan komunikasi dengan orang-orang terdekatnya, yang seharusnya mendapatkan dorongan dan dukungan, tetapi dari orang tuanya sendiri misalnya terlalu sibuk, atau anaknya sendiri juga sibuk, sehingga secara psikologis tentu akan berdampak,” paparnya.

Menurutnya, salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah gangguan mental termasuk menjaga psikologis anak maupun remaja yakni melalui makan bersama di satu meja.

“Semestinya memang keluarga bisa berkumpul untuk makan, diskusi, dan tertawa bersama dalam ruang yang sama, ini bisa membuat batin atau jiwa anak-anak remaja akan lebih nyaman. Namun, faktor penyebabnya sekarang itu kadang orang tua terlalu sibuk, sehingga para remaja ini untuk curhat dan berkeluh-kesah dengan orang tua semakin terbatas,” tuturnya.

Baca juga: Jakpus perkuat PIK Keluarga untuk deteksi kekerasan ibu dan anak
Baca juga: Anggota DPR: Libatkan konselor sebaya edukasi bahaya GGL berlebih
Baca juga: Duta Genre 2024 dari Aceh dan Sulteng siap jadi panutan remaja

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024