Kebijakan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) berisiko menjadi hambatan di pasar internasional
Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan selama 2024 industri kelapa sawit masih menghadapi sejumlah tantangan baik dalam negeri maupun global.
Menurut Bendahara Umum Gapki Mona Surya, tantangan dari dalam negeri seperti isu mengenai stagnasi produksi dan produktivitas, ketidakpastian kebijakan, serta rata-rata umur tanaman yang memasuki masa replanting.
"Beberapa tantangan tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus dari para stakeholders," kata Mona melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Sementara itu, tantangan dari luar negeri yang dihadapi misalnya keseimbangan antara pasokan dan permintaan minyak nabati lainnya, kampanye negatif terkait rantai pasok yang keberlanjutan sampai faktor geopolitik di Eropa dan Timur Tengah.
Salah satu tantangan kebijakan dari Uni Eropa, lanjutnya, yaitu Kebijakan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) berisiko menjadi hambatan di pasar internasional.
"Kebijakan ini berpotensi memberikan dampak signifikan bagi petani sawit di negara penghasil utama seperti Indonesia (41persen dari produksi global) dan Malaysia (27 persen)," katanya.
Menanggapi dinamika yang penuh ketidakpastian tersebut, Gapki siap menggelar 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024) pada 6-8 November 2024 di Nusa Dua, Bali.
Dengan tema "Seizing Opportunities Amidst Global Uncertainty", lanjut Mona yang juga Ketua Panitia Pelaksanaan IPOC 2024, konferensi ini diharapkan menjadi forum strategis untuk membahas berbagai peluang di tengah ketidakpastian global.
Menurut dia, konferensi tersebut juga akan menyajikan analisis mendalam mengenai situasi pasar minyak nabati global, dengan fokus pada perkembangan dan dinamika terkini yang memengaruhi industri minyak sawit.
"Berbagai kebijakan minyak sawit Indonesia, perspektif pasar dari negara-negara pengimpor, serta analisis pasokan dan permintaan minyak sawit dunia akan menjadi topik pembahasan utama dalam IPOC 2024 ini," ujarnya.
Para pakar di bidang minyak nabati seperti Thomas Mielke (Oil World), Julian McGill (Glenauk Economics), Nagaraj Meda (Transgraph), dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd) dijadwalkan hadir untuk memberikan pandangannya mengenai tren harga di masa depan.
Dikatakannya, IPOC telah menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan di industri kelapa sawit, baik di tingkat nasional maupun internasional selama 19 tahun terakhir.
Dalam penyelenggaraan dua hari tersebut mencakup konferensi, pameran produk, perkembangan teknologi, dan layanan terbaru di industri kelapa sawit.
Baca juga: Gapki: EUDR lebih merugikan petani kecil dibandingkan pengusaha sawit
Baca juga: Gapki siap beri penjelasan soal persoalan industri kelapa sawit
Baca juga: Gapki: Uni Eropa kalah saing dengan produk sawit Indonesia
Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024