Ketika kita merasa sedang tidak baik tetapi tidak membicarakannya, maka masalah yang kita alami mungkin tidak akan bisa teratasi
Jakarta (ANTARA) - Kepala Program Perlindungan Anak UNICEF Indonesia Milen Kidane memberi saran kepada masyarakat, khususnya remaja untuk berbicara dengan orang terdekat jika merasakan gangguan mental.

“Saya pikir ada dua hal yang bisa kita lakukan dengan sangat mudah, yang pertama adalah untuk menghilangkan stigma, kita tidak boleh memiliki anak-anak yang merasa, ‘oh saya memiliki masalah tetapi saya akan menyimpannya untuk diri sendiri.’ Kita harus membuat mereka merasa nyaman untuk bercerita,” katanya saat ditemui di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN bekerja sama dengan UNICEF menyelenggarakan gelar wicara bertajuk “Unlock Your Best Self: Remaja Bahagia, Dunia Lebih Ceria!” untuk memaksimalkan peran para Generasi berencana, Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) dalam membantu teman sebaya untuk mengatasi gangguan mental di kalangan remaja.

Milen menyebutkan untuk menuju Indonesia Emas 2045, maka masalah gangguan mental harus segera diatasi karena tidak hanya akan berpengaruh terhadap mental, tetapi juga fisik.

“Ketika kita merasa sedang tidak baik tetapi tidak membicarakannya, maka masalah yang kita alami mungkin tidak akan bisa teratasi dan akan membuat diri kita semakin tidak baik. Itu akan menyakiti bukan hanya mental, melainkan juga berpengaruh terhadap fisik,” ujar dia.

Baca juga: UNICEF paparkan tujuh rekomendasi dalam pemberian MPASI
Baca juga: Dinkes-Disdik Makassar serta UNICEF kolaborasi cegah kanker serviks


Ia juga mengemukakan hal kedua yang perlu menjadi perhatian selain menghilangkan stigma yakni memastikan orang-orang di sekitar juga memiliki ketahanan mental untuk menjaga para remaja agar tetap memiliki mental yang sehat.

“Saya pikir penting bukan hanya untuk menghilangkan stigma, melainkan juga memiliki orang lain untuk menjaga atau dapat diandalkan, seperti orang tua, saudara, guru di sekolah, dan teman sebaya yang mendukung anak-anak kita,” ucapnya.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga mental yang sehat dimulai dari diri sendiri sebelum mulai memperhatikan mental orang lain.

“Selain itu, kita juga harus memastikan bahwa kita bisa menjaga kesehatan mental diri sendiri, karena jika diri sendiri saja belum mampu menjaganya, kita tidak bisa diharapkan untuk menjaga orang lain,” tuturnya.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, menunjukkan lebih dari 700 ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menunjukkan, angka kematian akibat bunuh diri pada tahun 2023 meningkat menjadi 1.350 kasus, dari 826 kasus pada tahun sebelumnya.

Sementara berdasarkan Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun di Indonesia mengalami gangguan mental emosional.

Baca juga: Remaja tidak dianjurkan menikah dini perlu kenali 5 konsep diri
Baca juga: Memahami pendampingan pasien kanker remaja dalam perawatan paliatif

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024