Kupang (ANTARA News) - Pengamat agribisnis dari Universitas Nusa Cendana Kupang Leta Rafael Levis mengapresiasi upaya Kementan mengantisipasi dampak badai kering el nino dengan mengimpor 500.000 ton beras, baik jenis premium maupun medium.

Antisipasi pemerintah ini merupakan tindakan tepat untuk mencegah dampak buruk dari badai kering yang diprakirakan menimbulkan kekurangan stok pangan pokok, katanya di Kupang, Rabu.

Stok pangan pokok itu seperti beras dan pangan tambahan komoditi kedelai, ubi-ubian dan lainnya pada jangka pendek terutama selama Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri.

Untuk menyukseskan rencana itu, kata Leta Rafael Levis, lembaga dan badan pemerintah yang berhubungan langsung dengan produk impor pangan itu seperti Bulog dan BPPT, termasuk pemerintah daerah perlu mendukung dan memaksimalkan perannya sesuai tugas pokok dan fungsinya, sehingga melancarkan upaya dari pemerintah pusat.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, meski badai kering el nino ini setiap tahunnya terjadi, namun pemerintah tetap mewaspadai dari sisi dampak produksi.

Rusman menuturkan, izin yang akan dikeluarkan adalah 200.000 ton untuk beras jenis premium dan 300.000 ton jenis beras medium.

Rusman menyebutkan, badai el nino diperkirakan menghantam Indonesia pada Oktober, November, dan Desember.

Menurut Leta Levis, rencana itu harus nyata dan bahkan dapat dieksekuai untuk daerah-daerah yang teridentifikasi kuat akan terkena dampak kekeringan dari el nino.

Dengan demikian tidak sampai menimbulkan gejolak karena jauh-jauh hari petani lahan basah sudah diwanti-wanti akan adanya el nino, sehingga telah memiliki sugesti akan kejadian alam global itu.

"Boleh saja dicadangkan untuk daerah-daerah yang kecil kemungkinan akan mengalami dampak el nino karena iklimnya atau karena karakteristik wilayahnya berbeda dengan daerah lainnya, tetapi bagi daerah yang saat ini sudah mengalami el nino harus segera dieksekusi," katanya.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa cendana Kupang itu bahkan dengan tegas mengatakan petani di wilayah Nusa Tenggara Timur terutama di Timor bagian Barat dan Flores-Lembata bagian Timur sebagian besar sudah mengalami dampak el nino sejak musim basah (April 2014).

Saat itu (April 2014), katanya, sebagian petani di Pulau Lembata, Pulau Timor dan Pulau Sumba sedang gelisah karena besar kemungkinan mengalami gagal panen, sebagai akibat dari hujan yang singkat dan tidak menentu.

"Hujan tidak turun ketika padi dan jagung sedang berbunga. Akibatnya, tanaman-tanaman pertanian yang sedang pada fase reproduksi itu gagal menghasilkan. Padi dan jagung mengering sebelum bulirnya terisi," katanya.

Merujuk kecenderungan itu, katanya, maka daerah-daerah yang mengalami gagal panen tahun 2014 akan terus dilanda kondisi kekurangan pangan, yang bisa juga menyebabkan kaum taninya mengalami kelaparan berkepanjangan jika musim tanam tahun berikutnya panennya gagal lagi.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014