Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menganalisis sebaran pakan dan kesesuaian habitat orangutan Sumatra untuk menyusun strategi konservasi dan pelestarian satwa tersebut.

Periset Pasca Doctoral dari Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Salmah Widyastuti menjelaskan, riset ini bertujuan untuk mengkaji distribusi orangutan Sumatra dan menyusun model kesesuaian habitat serta penyebaran pakan mereka, serta mengukur karakteristik lanskap yang dipilih satwa liar untuk tindakan konservasi dan pengembangan.

"Kami memanfaatkan data spasial dan informasi kehadiran orangutan yang sudah ada untuk menghasilkan prediksi mengenai area dengan potensi habitat terbaik," kata Salmah dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Dalam penelitiannya, Salmah menggunakan model dengan algoritma pembelajaran mesin (machine learning) untuk memprediksi distribusi spesies dan menilai kesesuaian habitat.

Baca juga: Sawit Sumbermas alokasikan dana 'sustainability' Rp16 miliar per tahun

Penelitian ini juga menggunakan gabungan beragam algoritma, machine learning atau ensemble sehingga mendapatkan model dengan akurasi terbaik.

"Model ini dapat membantu memprediksi area yang berpotensi sebagai sebaran alami orangutan yang belum ada informasi kehadirannya, sehingga program konservasi dapat lebih efektif,” ujar Salmah.

Sebagai contoh, ia menerapkan model ini dalam meneliti kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang menjadi habitat orangutan. Membuat model kesesuaian habitat orangutan Sumatera di TNGL dilakukan dengan melibatkan sebaran tumbuhan pakan sebagai prediktor.

"Kami telah memprediksi sebaran tujuh jenis pakan yang dikonsumsi orangutan dari 221 daftar pakan yang teridentifikasi di TNGL dan penyangganya, yaitu Calamus sp, Garcinia penangiana, Ixora insularum, Lithocarpus korthalsii, Litsea castanea, Syzygium formosum, serta Pometia pinnata. Data mengenai komposisi pakan ini sangat penting untuk memahami kebutuhan nutrisi mereka," kata Salmah.

Menurutnya terdapat hubungan antara kepadatan populasi orangutan dan ketersediaan pakan di habitat mereka. Salmah menyebutkan, analisisnya menemukan 1.144 titik kehadiran orangutan Sumatera yang berasal dari perjumpaan langsung, rekaman kamera jebak, dan penemuan sarang yang digunakan dalam membangun model.


Baca juga: BOS: 300 orang utan menunggu pelepasliaran

Jika hasil survei lokasi yang diteliti tidak menunjukkan kehadiran orangutan, hal ini dapat dikaji lebih lanjut sebagai kandidat lokasi pelepasliaran yang cocok.

Salmah optimis bahwa dengan memanfaatkan teknologi terbaru dan kolaborasi antar lembaga, upaya penelitian untuk mendukung konservasi spesies ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pelestarian orangutan Sumatra.

“Kesadaran dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat penting dalam memastikan keberlangsungan spesies yang terancam punah ini,” imbuhnya.

Baca juga: Dua orangutan dilepasliarkan di TN Betung Kerihun Danau Sentarum

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024