"Kedua negara yang menjadi pusat periwisata internasional tentu banyak mendatangkkan pelancong sehingga memerlukan matadagangan tersebut sebagai cendramata," kata Ni Wayan Suma, seorang pengusaha jenis cindera mata tersebut di Gianyar, Kamis.
Ia mengatakan, pengusaha negara tetangga itu paling banyak membeli aneka barang perhiasan berbahan baku perak dan emas buatan pengrajin Bali, untuk dijual kembali kepada wisatawan mancanegara yang singgah di negeri itu.
Pengusaha dari kedua negara itu paling gencar memesan barang perhiasan berupa gelang, giwang, kalung, bros yang bercirikan khas Bali, untuk turis yang belum sempat singgah ke Pulau Dewata, tetapi ingin barang seni tersebut.
Ni Wayan Suma mengatakan, masyarakat iinternasional berminat membeli perhhiasan asal Bali, karena pengrajin setempat kreatif mengembangkan rancang bangun (desain) sesuai perkembangan zaman yang dipadukan dengan muatan lokal sehingga kelihatan unik dan antik.
Importir asal Singapura dan Hong Kong di awal 2014 tercatat paling banyak membeli perhiasan buatan pengrajin Pulau Dewata hingga saat ini, dan mereka banyak memboyong aneka seni perhiasan yang dipesan untuk memenuhi konsumen setempat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, realisasi perdagangan perhiasan Bali selama Mei 2014 bernilai 4,5 juta dolar AS, 33,65 persen di antaranya dikirim ke Singpura dan menyusul ke Hong Kong 19.95 persen dan Amerika 12,87 persen.
Pasar perhiasan perak di Singapura maupun Hong Kong kini semakin berkembang dan mampu menguasai pasar di negeri itu, karena perajin mampu menciptakan barang kerajinan bernilai seni sesuai perkembangan zaman.
Aneka barang kerajinan buatan tangan-tangan terampil asal Bali berupa kuda laut, ikan arwana dibuat dari bahan baku kerang, kemudian dihiasi dengan ukiran perak ternyata diminati konsumen mancanegara.
Ular besar atau naga yang dibuat dari bahan baku kerang dan diisi dengan ukiran dari bahan baku perak juga laris ke pasaran ekspor, kata dia sambil menunjukkan berbagai jenis kerajinan kerang yang diisikan perak, dan kelihatan antik. (*)
Pewarta: IK Sutika
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014