"Kami ingin sekali bekerja sama dengan Kemenparekraf, namun masih menjajaki prosedur apakah bisa dan mudah dilakukan," kata Asisten Manajer Pemasaran Wacom PT Datascrip Lucia Melanie usai konferensi pers "Wacom Datascrip Comic Competition" di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan pertimbangan itu terkait dengan apakah usaha yang nanti dilakukan bisa memberikan dampak bagi wawasan industri kreatif komik bukan terkait bisnis.
Lucia menilai industri kreatif komik Indonesia masih tertinggal dibandingkan beberapa negara ASEAN lain seperti Singapura dan Filipina, misalnya dalam hal teknologi.
"Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia mampu bersaing dalam industri kreatif komik namun belum bisa difasilitasi pemerintah," ujarnya.
Menurut dia, kurangnya perhatian pemerintah menyebabkan pelaku industri kreatif komik banyak mengerjakan proyek dari luar negeri, bukan sebagai pemilik proyek tersebut.
Lucia mencontohkan beberapa kampus yang memiliki jurusan desain grafis belum memiliki alat menggambar digital yang memadai namun mewajibkan mahasiswanya memiliki alat tersebut.
"Kampus besar di Indonesia belum memiliki laboratorium yang memiliki alat (menggambar digital) namun mewajibkan mahasiswanya memiliki alat tersebut," ujarnya.
Division Manager PT Datascrip Jeremy Hermanto menilai apabila kementerian terkait melihat industri kreatif komik bisa berkembang maka kemajuan industri itu akan tercapai.
Hal itu menurut dia dapat dilakukan dengan mengembangkan anak berbakat dan memunculkan potensi dalam industri kreatif komik.
"Tergantung pemerintah, karena mereka (pelaku industri kreatif komik) harus dituntun untuk memberikan sumbangsih bagi negara," katanya.(*)
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
karna semua orang berhak melakukan apa yang
mereka lakukan.