Film
yang merupakan debut karya sutradara Dirmawan Hatta ini ingin memberi
pesan bahwa hubungan antarmanusia memiliki nilai yang lebih penting
tanpa memandang perbedaan agama.
"Dalam kehidupan, agama lebih sering menjadi persoalan daripada menjadi jawaban. Ini juga tentang kecemasan kami soal fanatisme agama. Pemimpin banyak yang ngomongin surga-neraka sementara mengabaikan hubungan interpersonal sesama," kata Dirmawan di Jakarta, Rabu.
"Dalam kehidupan, agama lebih sering menjadi persoalan daripada menjadi jawaban. Ini juga tentang kecemasan kami soal fanatisme agama. Pemimpin banyak yang ngomongin surga-neraka sementara mengabaikan hubungan interpersonal sesama," kata Dirmawan di Jakarta, Rabu.
Tim
Matindas yang berperan sebagai Anggalih berada dalam kegamangan ketika
ia ingin menentukan jalan hidupnya untuk menjadi pastur sebagaimana
keinginan ayahnya atau memilih bersama kekasihnya Anjani (diperankan
Shirley Anggraini).
Tetapi dalam perjalanannya, Anggalih harus berpisah dengan Anjani dan bertemu dengan seorang pelacur.
Niat baik untuk menyelamatkan pelacur tersebut malah membuatnya terjerumus ke pergaulan bebas.
Tetapi dalam perjalanannya, Anggalih harus berpisah dengan Anjani dan bertemu dengan seorang pelacur.
Niat baik untuk menyelamatkan pelacur tersebut malah membuatnya terjerumus ke pergaulan bebas.
Akankah
kemudian Anggalih menemukan jalannya untuk menjadi pastur? Apakah dia
bisa bertemu kembali dengan Anjani dan menemukan pencerahan? jawabannya dapat disaksikan lewat Toilet Blues yang akan diputar secara
serentak di bioskop-bioskop seluruh Indonesia mulai 3 Juli 2014.
Film
yang mengambil latar di Dieng. dan Purworejo, Jawa Tengah ini kental
dengan budaya Jawa.
Pada beberapa adegannya diselipkan nuansa Jawa yang semakin menghidupkan suasana kedaerahan dalam film.
Pada beberapa adegannya diselipkan nuansa Jawa yang semakin menghidupkan suasana kedaerahan dalam film.
Film
yang diilhami oleh sajak Nyanyian Angsa karya WS Rendra dan film The
Last Temptation of Christ yang disutradarai Martin Scorsese ini dibuat
dengan sangat baik, hal ini terbukti dari kesuksesannya menembus
sembilan festival film internasional.
Setelah
berhasil menembus Busan International Film Festival ke-18 pada 2013,
selanjutnya film ini secara berturut-turut menembus delapan festival
film lainnya yakni World Cinema Mumbai International Film Festival 2013,
Five Continents Goteborg International Film Festival 2014, Amsterdam CinemAsia Film Festival 2014 dan Deauville Asian Film Festival 2014, Festival Kaleidoscope International Film Festival of India 2013, Focus
on Indonesia Cambodia Film Festival 2013, In Competition Jogja Netpac
Film Festival 2013, Pop Up Festival JiFFest 2013.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014