Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah sebesar 52 poin menjadi Rp11.915 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.863 per dolar AS.

"Dari sisi fundamental, serangkaian publikasi data Indonesia memberikan gambaran yang bervariasi. Kinerja ekspor yang masih rendah menimbulkan kekhawatiran bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia di bulan Mei mungkin tidak akan berkelanjutan, kondisi itu menjadi salah satu pendorong rupiah tertekan," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kondisi itu dapat menggerus harapan pelaku pasar keuangan di dalam negeri terhadap perbaikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia.

"Kemungkinan kondisi itu dapat memberikan sentimen negatif bagi rupiah ke depannya," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, investor juga terlihat berhati-hati menjelang pemilu presiden pada 9 Juli mendatang. Survei beberapa lembaga menunjukan ketatnya persaingan kedua capres-cawapres RI.

Kendati demikian, lanjut dia, meredanya inflasi dan naiknya aktivitas manufaktur Indonesia cukup memberikan harapan akan berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Data inflasi yang rendah dan manufaktur Indonesia menunjukan ekspansi menahan tekanan rupiah lebih dalam pada Rabu ini," katanya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (2/7), tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.854 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.798 per dolar AS. (*)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014