Kuala Lumpur (ANTARA) - Community Learning Center (CLC) wilayah kerja Konsulat RI Tawau, Sabah, Malaysia, memperoleh bantuan operasional periode 2024 untuk jenjang sekolah dasar 721.107 ringgit Malaysia (RM) sekitar Rp2,6 triliun dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).

Konsul RI Tawau Aris Heru Utomo dalam keterangannya diterima di Kuala Lumpur, Jumat, mengatakan pemberian bantuan operasional tersebut untuk meningkatkan keberlangsungan proses pembelajaran yang berkualitas, meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan dan mewujudkan keberpihakan pemerintah terhadap layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu di CLC.

CLC merupakan sekolah dasar dan menengah yang didirikan berdasarkan kesepakatan Pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak Indonesia yang orang tuanya merupakan Pekerja Migran Indonesia di Sabah dan Sarawak, Malaysia, untuk mengenyam pendidikan dasar hingga jenjang menengah pertama.

CLC menginduk kepada Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) dan lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas di Indonesia.

Sesuai petunjuk penggunaan dana bantuan operasional dari Kemendikbudristek, pemanfaatan dana bantuan operasional diimplementasikan untuk pemenuhan skala prioritas yang terkait dengan mutu lulusan, proses pembelajaran, mutu guru, manajemen CLC dan pemenuhan ATK serta daya dan jasa.

Sebanyak 66 guru yang bertugas sebagai pengelola dan pemegang kas dari 33 CLC jenjang sekolah dasar di Wilayah Kerja Konsulat RI Tawau menerima bantuan operasional tersebut yang penyerahannya dilakukan di Kantor Perwakilan RI di Tawau, Sabah, pada Kamis (24/10).

Aris mengatakan mengajak seluruh pengelola dan pemegang kas di setiap CLC untuk bersyukur dan dapat menggunakan bantuan operasional tersebut secara efektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Idealnya, pemberian bantuan operasional memang dilakukan pada awal tahun ajaran baru, bukan menjelang akhir tahun anggaran seperti sekarang ini. Pemberian pada awal tahun ajaran akan memudahkan pengelola dan pemegang kas membuat pertanggungjawaban penggunaan tanpa harus terburu-buru,” ujar dia.

Namun demikian, ia mengatakan semua di sana tetap bersyukur bahwa pada akhirnya bantuan operasional bagi CLC turun. Untuk itu, dana bantuan operasional yang diterima harus dikelola dengan penuh tanggungjawab karena satu rupiah pun dana yang dikeluarkan harus jelas pertanggungjawaban mengingat itu adalah uang negara.

“Semoga dengan terbentuknya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah pada 21 Oktober 2024 lalu, tidak ada lagi keterlambatan dalam penyaluran dana bantuan operasional,” kata Aris.

Sementara itu, Perwakilan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Dede Kurniawan menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan penerimaan bantuan operasional untuk CLC dari Direktorat terkait di Kemendikbudristek.

Ia mengatakan dana bantuan operasional tersebut baru masuk ke rekening SIKK pada Rabu (23/10), padahal tahun anggaran 2024 tinggal menyisakan waktu sekitar dua bulan saja.

Baca juga: 300 murid hingga guru ikuti kegiatan Consulate Goes to CLC di Tawau
Baca juga: Ratusan anak PMI di Malaysia lanjutkan pendidikan ke Indonesia
Baca juga: Konsul RI: Kontrak pebisnis Tarakan-Tawau di TEI tembus Rp767 miliar

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024