Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Para pemimpin negara-negara BRICS saling bertatap muka dalam sebuah pertemuan di Kazan, Rusia, setelah keanggotaan BRICS bertambah dari lima menjadi 10 negara pada Januari lalu.

Presiden Tiongkok Xi Jinping tiba di Kazan, Selasa lalu, untuk menghadiri 16th BRICS Summit. Xi akan bertukar pandangan dengan pemimpin negara lain seputar kerja sama praktis dan perkembangan mekanisme BRICS untuk negara-negara berkembang.

Tiongkok selalu mendukung dan terlibat dalam mekanisme kerja sama BRICS, serta menjajaki kerja sama yang saling menguntungkan dengan anggota-anggota lain berdasarkan prinsip keterbukaan dan inklusi.

Kerja sama yang saling menguntungkan

Sejak pertama kali terbentuk, BRICS telah mengupayakan kerja sama yang saling menguntungkan lewat New Development Bank (NDB) yang berkantor pusat di Shanghai. NDB merupakan salah satu proyek unggulan dari kerja sama BRICS.

Sebagai bank pembangunan multilateral pertama yang dibentuk negara-negara berkembang, NDB menyalurkan bantuan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur, energi bersih, pelestarian alam, serta infrastruktur siber di negara-negara BRICS. Pada akhir 2023, NDB telah menyetujui 105 proyek di seluruh negara anggota BRICS dengan nilai pendanaan sekitar $35 miliar.

NDB berfungsi sebagai sarana kerja sama internasional penting yang melampaui batas-batas kewilayahan. NDB tak hanya memperkuat aspirasi negara-negara BRICS, namun juga mewakili negara-negara lain, seperti disampaikan President, NDB, Dilma Rousseff, baru-baru ini kepada media.

Tiongkok telah berkomitmen mempererat kerja sama yang saling menguntungkan dengan mitra-mitra BRICS. Pada Triwulan I tahun ini, nilai perdagangan Tiongkok dan negara-negara BRICS mencapai RMB 1,49 triliun (sekitar $209,7 miliar), atau meningkat 11,3% secara tahunan, menurut data Kepabeanan Tiongkok.

Menurut Ronnie Lins, Executive Director, Brazil-China Research and Business Center, Tiongkok sangat berperan membangun konsensus di antara negara-negara BRICS, meningkatkan koordinasi dan kerja sama, serta mengupayakan agenda bersama.

"Bukan platform tertutup"

Prinsip keterbukaan dan inklusi selalu menjadi komitmen negara-negara BRICS sejak awal. Xi juga telah berulang kali menekankan, negara-negara BRICS tidak membentuk platform tertutup atau kelompok eksklusif.

Dalam sebuah pertemuan di Xiamen pada 2017, pemimpin Tiongkok ini mengemukakan program "BRICS Plus", serta mendorong keterlibatan semakin banyak pasar dan negara berkembang.

Pada 1 Januari 2024, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab menjadi anggota-anggota BRICS, bergabung dengan Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Hal ini menandakan kerja sama BRICS yang kian luas.

Lebih dari 30 negara secara resmi telah mengajukan pendaftaran atau menyatakan minat bergabung sebagai anggota BRICS. Bahkan, banyak negara-negara berkembang lain yang ingin mempererat kerja sama dengan BRICS.

Mengomentari konferensi di Kazan, Lin Jian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, berkata bahwa BRICS telah menjadi kekuatan positif dan stabil yang mewujudkan hubungan internasional yang baik.

Menurutnya, Tiongkok siap bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk mencapai perkembangan stabil dan berkelanjutan dalam kerja sama BRICS. Tiongkok juga ingin menyambut era baru Global South yang menggagas solidaritas dan bekerja sama mempromosikan perdamaian dan pembangunan dunia.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2024