Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto dalam siaran pers di Jakarta, Rabu mengatakan, tambahan impor berasal dari terminal LNG kedua milik Corpus Christi Liquefaction, LLC, anak perusahaan dari Cheniere Energy Inc.
"Pasokan sebesar 0,76 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2019," katanya.
Pertamina dan Corpus Christi Liquefaction, LLC telah menandatangani perjanjian jual beli (PJB) LNG itu pada 1 Juli 2014.
Sesuai perjanjian, Pertamina akan membeli LNG dari Cheniere memakai skema pelabuhan asal (free on board/FoB) dengan harga pembelian mengacu pada harga indeks bulanan Henry Hub ditambah komponen tetap.
LNG akan dikirimkan dengan menggunakan tanker milik Pertamina.
Menurut Hari, impor dari Cheniere merupakan kali kedua setelah sebelumnya menandatangani PJB LNG pertama pada 4 Desember 2013.
Berdasarkan perjanjian sebelumnya, Cheniere akan memasok 0,76 juta ton LNG per tahun selama 20 tahun mulai 2018.
Dengan demikian, total komitmen pasokan dari Cheniere kepada Pertamina saat ini menjadi 1,52 juta ton per tahun selama 20 tahun.
"Perjanjian jual beli LNG jangka panjang ini akan memberikan kepastian pasokan untuk proyek-proyek infrastruktur LNG perusahaan," kata Hari.
Selain juga, perjanjian itu konsisten dengan strategi Pertamina mendominasi pasar LNG dan menangkap peluang pertumbuhan permintaan gas di Indonesia yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, utamanya ketenagalistrikan dan industri.
Pertumbuhan permintaan, lanjutnya, dipengaruhi ketersediaan infrastruktur, khususnya pipa transmisi dan distribusi gas dan juga terminal regasifikasi.
Oleh karena itu, menurut Hari, Pertamina secara bertahap perlu melakukan perubahan orientasi bisnis LNG atau gasnya untuk memenuhi kebutuhan domestik, dengan tetap menjaga volume ekspor yang sudah terkontrak.
Sebelumnya, Wakil Presiden Senior Pertamina Salis Aprilian menargetkan volume impor LNG hingga tiga juta ton per tahun untuk menjamin kebutuhan di dalam negeri setelah 2020.
Menurut dia, harga LNG impor yang diperoleh Pertamina cukup kompetitif dibandingkan pasar saat ini dan juga domestik.
Dengan demikian, lanjutnya, impor LNG sebanyak tiga juta ton per tahun merupakan langkah strategis ke depan.
Impor LNG tersebut direncanakan memasok kebutuhan lima terminal Pertamina di dalam negeri.
Yakni, empat unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU) yang berlokasi di perairan Jakarta, Cilamaya, Porong, dan Cilacap. Serta, satu fasilitas darat yakni Terminal LNG Arun, Aceh.
Data Pertamina, pada 2014, konsumsi gas domestik mencapai sekitar 3.000 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan akan meningkat menjadi 8.000 MMSCFD dalam 10 tahun ke depan.
(K007)
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014