Washington (ANTARA) - Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu (23/10) memperingatkan soal peningkatan risiko utang publik dan meminta para pembuat kebijakan untuk menerapkan penyesuaian fiskal yang memiliki ketahanan tinggi dan hati-hati.

"Defisit tergolong tinggi dan utang publik global tergolong sangat tinggi, meningkat, dan berisiko. Utang publik global diproyeksikan akan melampaui 100 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.620) tahun ini," kata Direktur Departemen Urusan Fiskal IMF, dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank Group 2024 yang sedang berlangsung.

"Dengan laju saat ini, rasio produk domestik bruto (PDB) utang global akan mendekati 100 persen per akhir dekade ini, meningkat hingga melampaui puncak pandemi," kata Gaspar.

Pejabat IMF itu menjelaskan bahwa utang publik meningkat dan diproyeksikan akan tumbuh lebih cepat dibanding era prapandemi di sekitar sepertiga negara di dunia.

"Ini tidak hanya mencakup perekonomian terbesar, seperti China dan Amerika Serikat, tetapi juga negara-negara besar lainnya seperti Brasil, Prancis, Italia, Afrika Selatan, dan Inggris, yang secara keseluruhan mewakili sekitar 70 persen dari PDB global," kata Gaspar.

Berkenaan dengan China, Gaspar menjelaskan bahwa negara itu "memiliki ruang kebijakan yang cukup" untuk mengendalikan utangnya yang terus bertambah.

"Mereka memiliki sarana untuk mengendalikan utang publik di China," ujar Gaspar dalam konferensi pers tersebut.

Laporan October 2024 Fiscal Monitor yang baru saja dirilis menyebutkan bahwa risiko utang publik meningkat dan prospeknya lebih buruk daripada yang terlihat.

Laporan ini menunjukkan bahwa tingkat utang di masa depan bisa jadi lebih tinggi dari yang diproyeksikan, dan penyesuaian fiskal yang jauh lebih besar daripada yang diproyeksikan saat ini diperlukan guna menstabilisasi atau mengurangi tingkat utang dengan probabilitas tinggi, tulis Era Dabla-Norris, Wakil Direktur Departemen Urusan Fiskal IMF, dan rekan-rekannya dalam sebuah blog baru-baru ini.

Laporan itu menyajikan kerangka kerja "utang berisiko" baru yang menghubungkan kondisi-kondisi makrofinansial dan politik saat ini dengan seluruh spektrum kemungkinan menghasilkan utang di masa depan, tulis blog tersebut.

Dalam konferensi pers tersebut, Gaspar mengatakan kepada khalayak bahwa rencana fiskal yang telah dibuat oleh pemerintah tidak cukup untuk menghasilkan rasio utang publik yang stabil atau menurun dengan tingkat kepastian yang tinggi.

"Diperlukan adanya upaya tambahan. Menunda penyesuaian akan berakibat fatal dan berisiko. Menunda pekerjaan tidak akan menyelesaikan masalah. Inilah waktunya untuk bertindak," ujar Gaspar. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024