Jakarta (ANTARA) - Dewan Energi Mahasiswa (DEM) Indonesia menggelar kegiatan diskusi yang berkaitan dengan visi dan misi Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan adanya swasembada energi.
DEM Indonesia menggelar Launching Periode dan Diskusi Energi Nasional bertema “Peran Mahasiswa dalam Menyongsong Masa Depan Kedaulatan Energi Negeri pada Masa Transisi Kepemimpinan”, di Jakarta, Rabu (23/10).
Ketua Umum DEM Indonesia Febrian Satria Hidayat melalui keterangan resminya, Kamis, mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk perhatian mahasiswa terhadap visi dan misi pemerintahan baru untuk merealisasikan swasembada energi.
“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya DEM Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan energi nasional melalui gerakan kolektif mahasiswa interdisipliner,” kata Febrian Satria Hidayat
Dia menambahkan bahwa kesadaran mahasiswa terhadap industri energi saat ini memiliki dampak yang nyata untuk industri energi di masa mendatang, karena mahasiswa nantinya akan menduduki berbagai bidang di industri energi tersebut.
Baca juga: Prabowo minta kabinetnya sinergi raih swasembada pangan dan energi
Oleh karena itu, peran aktif atau kepedulian mahasiswa sangat menentukan kemajuan di sektor industri energi yang dimiliki oleh Indonesia di masa mendatang.
“Masa depan energi yang akan datang adalah akumulasi dari seberapa pedulinya kaum terpelajar hari ini untuk bersama-sama menjaga dan memperhatikan kondisi yang ada pada hari ini, sehingga dapat memastikan keadaan pada masa yang akan datang,” ujar dia.
DEM Indonesia menyampaikan bahwa swasembada energi merupakan gagasan yang perlu didukung dengan berbagai catatan dan rekomendasi. Beberapa rumusan rekomendasinya antara lain mengevaluasi kondisi lifting migas, yang saat ini menjadi tulang punggung pada bauran energi tidak pernah mencapai target dengan merampungkan revisi UU Migas sebagai landasan utama.
Baca juga: Prabowo optimistis Indonesia mampu lakukan swasembada energi di eranya
Menurut dia, di sektor energi baru dan energi terbarukan (EBET) diperlukan peningkatan keseriusan dalam percepatan pembangunan infrastruktur dan regulasi untuk mencapai target bauran energi. Pada segi infrastruktur, elektrifikasi nasional juga memerlukan percepatan dalam pembangunannya untuk mencapai target 100 persen.
Pada hilir, penyaluran subsidi energi memerlukan kejelasan terhadap berbagai permasalahannya di antaranya kriteria, akuntabilitas, hingga pendekatan permintaan dan penawaran yang menyebabkan banyak penyalahgunaan subsidi.
“Oleh karena itu, melalui forum ini kami ingin menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai upaya mewujudkan hal ini. Dimulai regulasi dengan perampungan revisi UU migas dan RUU EBET, keseriusan pada pembangunan infrastruktur EBET dan elektrifikasi, dan pada hilir dengan memastikan penyalurannya tepat sasaran,” tutur dia.
Baca juga: Pakar ungkap tantangan Prabowo capai kemandirian energi
Kegiatan ini dihadiri berbagai narasumber penting seperti Prof. Mukhtasor selaku Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Moshe Rizal selaku Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Migas Nasional, Ali Ahmudi Achyak selaku Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies, dan Dr. Rasminto dari Institut Energi Anak Bangsa.
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024