Jakarta (ANTARA News) - China mendominasi merek barang elektronik di Indonesia dengan jumlah sebanyak 45 merek, meskipun tidak berarti menguasai pasar elektronik di dalam negeri yang didominasi merek Jepang dan Korea.
"Banyak juga merek (barang elektronik) China yang beredar di Indonesia, ada sekitar 45 merek," kata salah satu Ketua Gabungan Elektronik Indonesia (GABEL) Heru Santoso di Jakarta, Selasa.
Sejumlah merek elektronik asal China yang beredar di Indonesia antara lain Akira (televisi, mesin cuci, AC, dan kulkas), TCL (televisi, mesin cuci, AC ), Midea (AC), Gree (AC), dan Fujian (AC).
Selain itu, ada merek seperti Plasma (televisi dan AC), Little Swan (televisi dan mesin cuci), Usatech (mesin cuci), Konka (televisi), Advance (televisi), Hisense (televisi), Panda (televisi), dan Kawachi (televisi).
Sedangkan merek lainnya yang sudah lebih dulu ada di dalam negeri baik dari Jepang, Korea Selatan, maupun lokal Indonesia hanya sekitar 34 merek yang merupakan anggota Kelompok Pemasar Elektronik (EMC).
"Dari 34 merek yang menjadi anggota EMC itu, yang punya pabrik hanya 18 merek," ujar Heru.
Selain merek China dan anggota EMC, ada juga sejumlah merek lainnya dari negara Eropa, seperti Ariston, Bosch, dan Mistral, serta negara Amerika Serikat, seperti GE, Maytag, dan RCA.
Dengan banyaknya merek yang beredar di Indonesia, Heru menilai potensi pasar elektronik sangat besar dan memungkinkan berkembangnya industri elektronik lebih pesat lagi.
GABEL, katanya, memprediksi dalam empat tahun ke depan (2010) permintaan sejumlah elektronik konsumsi akan tumbuh sangat pesar.
Permintaan televisi (tv) pada 2010 akan mencapai 9,3 juta unit, kulkas akan mencapai 2,8 juta unit, mesin cuci mencapai 2,2 juta unit, dan AC akan mencapai 2,1 juta unit.
"Permintaan yang besar itu seharusnya bisa meningkatkan industri elektronik di dalam negeri dengan dukungan industri komponen yang kuat untuk meningkatkan daya saing," katanya.
Namun sampai saat ini ketergantungan komponen impor masih sangat tinggi pada empat produk elektronik yang pasar dan pertumbuhannya besar itu.
Heru mencontohkan tabung tv (CRT) yang menguasai 58 persen biaya produksi sebagian masih diimpor. Demikian pula kompresor kulkas dan AC, serta motor penggerak mesin cuci masih diimpor. (*)
Copyright © ANTARA 2006