Jakarta (ANTARA) -
Direktur Eksekutif Perkumpulan Politeknik Swasta (Pelita) Indonesia, Ginanjar Wiro Sasmito mengatakan bahwa peran pendidikan politeknik swasta adalah sama persis dengan negeri, yakni turut mencerdaskan generasi bangsa untuk kepentingan masa depan.
 
“Baik negeri maupun swasta, penyelenggaraan politeknik ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memenuhi amanat undang-undang untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” katanya melalui keterangan resmi, Rabu.

Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah tidak perlu lagi memberikan pandangan yang berbeda antara politeknik negeri dengan swasta yang sudah banyak tersebar di tanah air.
 
Ia menyebut politeknik memiliki sejarah yang terkait erat dengan kebutuhan pengembangan pendidikan vokasi guna mendukung pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Politeknik memiliki peran kunci dalam sistem pendidikan vokasi untuk menyediakan tenaga kerja terampil yang sangat dibutuhkan oleh berbagai sektor industri terutama dalam memanfaatkan bonus demografi dan menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
 
Saat ini, politeknik swasta sering menghadapi persoalan dan tantangan dalam urusan finansial. Politeknik dituntut untuk bisa berdiri secara mandiri meski memiliki tujuan yang sama dengan politeknik yang dikelola oleh pemerintah, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
 
“Padahal, politeknik swasta memiliki potensi besar untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), terlebih untuk memanfaatkan bonus demografi penduduk Indonesia yang periode puncaknya diperkirakan terjadi pada 2020-2035,” ujar dia.
 
Sebagaimana diketahui politeknik terdiri atas dua jenis, yaitu politeknik negeri yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah, serta politeknik swasta yang diselenggarakan dan dikelola oleh pihak swasta baik berupa yayasan maupun perkumpulan.
 
Saat ini, jumlah politeknik swasta yang tersebar di Indonesia berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) pada pertengahan Oktober 2024 adalah 223 perguruan tinggi.
 
Dengan jumlah yang ada saat ini, menurut dia, menjadi sebuah keniscayaan untuk mengoptimalkan program pemerintah dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan, pengentasan pengangguran dan bahkan kemiskinan melalui pendidikan berbasis vokasional/keterampilan yang diselenggarakan oleh politeknik swasta demi menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
 
Dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sebagai salah satu unit utama (unit eselon I) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019, sesungguhnya ini telah menjadi oase tersendiri bagi politeknik swasta untuk lebih maju dan berkembang.
 
Seiring berjalannya waktu, telah banyak program yang difasilitasi Ditjen Vokasi untuk politeknik swasta dalam meningkatkan kapasitasnya. Meski demikian, hal ini masih belum bisa optimal menyasar semua politeknik swasta untuk program-program tertentu, terutama di daerah yang tidak mudah dijangkau dari pusat kota.
 
“Harapan besar untuk pemerintahan baru (Prabowo-Gibran) dalam memajukan pendidikan vokasi, khususnya perhatian lebih terhadap politeknik swasta sangat dinantikan,” ujar dia.
 
Di juga menilai bahwa politeknik swasta memiliki potensi besar untuk bersama mendukung peningkatan kualitas SDM di Indonesia. Sehingga, diperlukan adanya kebijakan inklusif yang memberikan peluang yang sama bagi politeknik swasta untuk berkembang dan berkontribusi secara optimal dalam menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan siap bersaing di pasar global.

Baca juga: Menyiapkan generasi berkualitas melalui pendidikan vokasi
Baca juga: Kadin Jatim-Pemerintah Swiss dukung pengembangan SDM lewat vokasi

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024