Jakarta (ANTARA News) - Revolusi mental saat ini memang diperlukan untuk merevolusi perilaku korup sebagian besar pejabat di negeri ini. Jadi apa yang disampaikan Jusuf Kalla dalam Debat Cawapres, Minggu (29/6) malam sudah tepat.
Juru bicara Jokowi-JK, Ferry Mursyidan mengatakan dalam debat itu, Hatta Rajasa bertanya bagaimana mengendalikan sebuah revolusi yang terkadang lebih sulit dibandingkan sebuah reformasi. Hatta tampaknya meragukan Revolusi Mental yang dicanangkan pasangan Jokowi-JK untuk membangun SDM.
Menjawab pertanyaan Hatta tersebut, Jusuf Kalla mengatakan revolusi jangan diartikan seakan-akan sebagai sebuah pemberontakan. Revolusi adalah bekerja cepat atau melakukan perubahan secara cepat. "Revolusi mental juga cara ampuh untuk mengatasi kebocoran APBN yang selama ini digembar-gemborkan capres nomor 1," kata Ferry di Jakarta, Senin.
Ferry mengatakan, meskipun kebocoran yang sering diungkapkan Prabowo (Rp1.000 triliun) tidak masuk akal, fakta tidak bisa ditutup-tutupi bahwa dana dalam APBN memang bocor dikorup oknum aparatur negara.
Karena itu saya sependapat dengan Pak JK bahwa pendidikan budi pekerti mesti disinergikan dengan mata pelajaran yang lain," kata Ferry.
Selama 60 tahun merdeka, ungkap Ferry sebagaimana dikatakan Jusuf Kalla, sistem pendidikan yang ada di Indonesia belum menyasar kepada apa yang menjadi tujuan dan cita-cita bangsa.
Oleh sebab itu, tegasnya, perubahan harus segera dilakukan di sektor pendidikan, sehingga anak didik Indonesia mendapatkan budi pekerti yang baik.
Pemilu Presiden, 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.(*)
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014