Pulau Nusa Penida, Bali (ANTARA) - Kepulauan Nusa Penida di Kabupaten Klungkung, Bali, memiliki topografi wilayah berbukit dengan karakteristik daerah tandus dan dikenal memiliki cuaca yang lebih panas.
Gugusan pulau yang terletak di sebelah tenggara daratan Bali itu biasanya paling belakang mengalami musim hujan, dibandingkan daerah lain di Pulau Dewata.
Berdasarkan prakiraan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, musim hujan di daerah itu baru mulai pada Desember 2024.
Namun, cuaca panas di Kepulauan Nusa Penida yang terdiri dari Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan itu justru menjadi berkah karena menyimpan potensi energi yang melimpah.
Di sisi lain, wilayah perbukitan dengan tebing kapur dan potensi wisata baharinya menjadikan tiga pulau yang dijuluki “Telur Emas” Bali itu beberapa tahun terakhir menjadi salah satu destinasi wisata favorit wisatawan domestik dan mancanegara.
Pulau Nusa Penida makin dikenal setelah sejumlah destinasi wisata setempat yang ikonik, viral di media sosial dipadu suasana yang jauh dari hingar bingar menjadi salah satu incaran para pelancong setelah pandemi COVID-19 untuk menikmati liburan.
Urgensi PLTS
Potensi energi panas matahari di Nusa Penida ditangkap oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui anak usahanya PT PLN Indonesia Power untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pertimbangannya, pembangunan infrastruktur yang menghasilkan energi bersih itu dibutuhkan masyarakat guna mendukung geliat pariwisata ramah lingkungan (green tourism) di Nusa Penida.
Selain itu, kebutuhan listrik juga terus meningkat seiring tumbuhnya aktivitas pariwisata di tiga pulau berpenghuni pulau seluas sekitar 210 kilometer persegi tersebut.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Klungkung mencatat rata-rata pergerakan wisatawan di Nusa Penida mencapai sekitar 5.000-6.000 orang per hari.
Data tersebut juga terkonfirmasi dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa untuk satuan kerja Pelabuhan Sanur, Kota Denpasar, yang menyebutkan per hari pergerakan penumpang menyeberang ke Pulau Nusa Penida rata-rata mencapai 6.000 orang.
Sebanyak 70 persen penumpang yang menyeberang per hari ke Pulau Nusa Penida adalah wisatawan mancanegara dan sisanya adalah domestik.
Jumlah itu belum termasuk penumpang yang menyeberang melalui Pelabuhan Kusamba di Kabupaten Klungkung dan Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem, Bali.
Sehingga, apabila tidak diiringi inovasi di bidang energi, maka kapasitas listrik yang selama ini terpasang untuk memasok tiga pulau tersebut makin terbatas sehingga dikhawatirkan berdampak “byar-pet” atau mati hidup.
Suplai energi bersih
Lokasi PLTS itu berada di Dusun Karangsari, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, yang berjarak sekitar 16 kilometer atau sekitar 40 menit perjalanan darat dari Dermaga Banjar Nyuh, Desa Ped, Nusa Penida.
Sepanjang perjalanan menuju fasilitas penting itu, mata disuguhi dengan pemandangan biru toska Pantai Nusa Penida.
Selain jalur pantai, perjalanan juga melalui jalur perbukitan yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat atau bisa dilalui dua kendaraan roda dua/sepeda motor.
Asisten Manager Keamanan dan Hubungan Masyarakat (Humas) PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali I Made Rakayana menjelaskan PLTS tersebut dibangun di atas lahan seluas sekitar 4,5 hektare.
Sejauh mata memandang, hamparan ratusan panel surya terpasang yang menyerap sinar matahari.
Sinar matahari yang optimal di Nusa Penida diserap sel-sel dalam panel surya tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan energi dalam bentuk direct current (arus langsung/DC).
Arus DC itu kemudian diproses menjadi arus bolak balik (alternative current/AC) melalui 18 alat inverter dan melalui delapan unit baterai atau Batery Energy Storage System (BESS).
Selanjutnya, energi bersih itu dinaikkan melalui sejumlah trafo guna disalurkan melalui jaringan listrik kepada pelanggan.
Pembangunan fisik fasilitas energi baru terbarukan itu dilaksanakan pada April 2022 dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 48 persen.
Ada pun PLTS itu mulai beroperasi pada November 2022 dengan kapasitas listrik ramah lingkungan yang dihasilkan mencapai 4,2 mega watt peak (MWp) atau setara 3,5 MW dan dilengkapi BESS sebesar 1,84 MW.
Pemanfaatan BESS merupakan salah satu komponen tenaga listrik yang berfungsi menyimpan daya pada pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang membantu memenuhi kebutuhan beban serta sebagai cadangan energi khususnya saat darurat.
Turunkan emisi karbon
Energi bersih tersebut disalurkan kepada masyarakat atau pelanggan termasuk unruk mendukung kebutuhan pariwisata dengan pelayanan sistem kelistrikan terisolasi yakni hanya untuk di kawasan Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.
Kapasitas energi hijau itu menambah pasokan energi listrik yang selama ini disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Desa Kutampi, Nusa Penida.
Keberadaan PLTS tersebut juga mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil yang digunakan di PLTD Kutampi yang menghasilkan kapasitas listrik sekitar 11,5 MW.
Beban puncak di tiga nusa tersebut diperkirakan mencapai hingga sekitar 14,8 MW yang rata-rata berdurasi sekitar satu jam.
Dengan kapasitas yang tersedia dan mencermati beban puncak di tiga pulau itu, pasokan energi listrik dari PLTS dan PLTD masih menyisakan cadangan listrik yang bisa dimanfaatkan.
Bauran energi baru terbarukan itu diharapkan mendukung target pemerintah yakni mewujudkan emisi nol karbon pada 2060 karena PLTS Nusa Penida menurunkan emisi sekitar 9.000 kilogram setara karbon dioksida (CO2e) per hari atau diperkirakan sekitar 4,19 ribu ton CO2e per tahun.
Penambahan pembangkit EBT
Kehadiran pembangkit energi baru terbarukan (EBT) itu dirasakan betul oleh pelaku pariwisata Nusa Penida salah satunya Wayan Sukadana yang juga Sekretaris PHRI Kabupaten Klungkung.
Pengusaha pariwisata dengan ciri khas topi koboi itu mengelola vila dengan 10 kamar berlokasi masih satu desa dengan PLTS tersebut.
Selama ini energi listrik menjadi salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat termasuk pelaku pariwisata.
“Setelah ditambah PLTS pasokan mulai stabil. Dengan proyeksi peningkatan kebutuhan listrik, tentu suplai energi bersih perlu ditambah,” ucap Sukadana.
Penyediaan infrastruktur vital itu pun sejalan dengan keinginan pelaku pariwisata yang mendorong pariwisata ramah lingkungan dan berkelanjutan di Nusa Penida.
Jejak karbon yang selama ini ditimbulkan dari aktivitas manusia, juga bisa ditekan dengan penyaluran energi bersih itu.
PLN Indonesia Power sendiri berencana menambah pembangkit EBT di Nusa Penida dalam beberapa tahun mendatang termasuk salah satunya pengembangan PLTS dan BESS berkapasitas 10 MW.
Perluasan infrastruktur energi bersih itu dalam tahap kajian yang terus digodok untuk mematangkan pengembangan EBT di Nusa Penida.
Harapannya, Pulau Nusa Penida semakin mandiri menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan didukung PLN atau bisa juga melalui kolaborasi bersama instansi lainnya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber daya alam yang ada di wilayah “Telur Emas” Bali itu.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024