Washington (ANTARA) - Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (22/10) mempertahankan proyeksi pertumbuhan global untuk 2024 di angka 3,2 persen, konsisten dengan proyeksinya pada Juli, menurut laporan World Economic Outlook (WEO) IMF yang baru saja dirilis.

Tingkat ketidakpastian terkait prospek ekonomi global masih tinggi, kata laporan itu.

"Pemerintah yang baru terpilih (sekitar separuh dari total populasi dunia telah atau akan mengikuti pemilihan umum pada 2024) dapat membuat perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan dan fiskal," menurut laporan tersebut.

"Lebih lanjut, kembalinya volatilitas pasar keuangan selama musim panas telah menimbulkan ketakutan lama mengenai kerentanan yang tersembunyi. Hal ini telah meningkatkan kecemasan tentang posisi kebijakan moneter yang sesuai, terutama di negara-negara di mana inflasi masih berlanjut dan tanda-tanda perlambatan bermunculan," imbuh laporan itu.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa keretakan geopolitik yang semakin intens dapat membebani perdagangan, investasi, dan arus bebas gagasan. "Hal ini dapat berdampak terhadap pertumbuhan jangka panjang, mengancam ketahanan rantai pasokan, serta menciptakan pertukaran (trade-off) yang sulit bagi bank-bank sentral," papar laporan itu.

Menanggapi pertanyaan dari Xinhua, Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah konferensi pers mengatakan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan "sesuatu yang sangat kami khawatirkan," seraya menuturkan bahwa dampaknya memiliki dua dimensi.
 
 Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas berbicara pada konferensi pers di Washington, D.C., Amerika Serikat, pada 22 Oktober 2024. (Xinhua/Hu Yousong)


 "Pertama, tentu saja, jika Anda menaikkan tarif, misalnya di antara blok-blok yang berbeda, hal itu akan mengganggu perdagangan, yang akan memicu kesalahan alokasi sumber daya, serta akan membebani aktivitas ekonomi," ujar Gourinchas.

"Namun, ada juga lapisan terkait yang muncul dari ketidakpastian yang meningkat sehubungan dengan kebijakan perdagangan di masa depan, dan hal itu juga akan menekan investasi, menekan aktivitas ekonomi dan konsumsi," tambahnya.

Kepala ekonom itu mengatakan IMF telah menemukan dampak pada tingkat output global sebesar sekitar 0,5 persen pada 2026. "Jadi, ini adalah efek yang cukup besar dari kenaikan tarif antara negara-negara yang berbeda dan peningkatan ketidakpastian kebijakan perdagangan," ujarnya.

Menurut laporan terbaru WEO, pertumbuhan global diproyeksikan akan tetap stabil, namun terdapat pelemahan prospek dan peningkatan ancaman.

Prospek pertumbuhan sangat stabil di emerging market dan perekonomian-perekonomian berkembang, yakni sekitar 4,2 persen pada tahun ini dan tahun depan, dengan berlanjutnya kinerja kuat dari negara-negara emerging di Asia, menurut laporan itu.

Menyebut bahwa kembalinya inflasi yang mendekati target bank sentral membuka jalan untuk tiga poros kebijakan, Gourinchas mengatakan poros pertama, yang berkaitan dengan kebijakan moneter, saat ini sudah berjalan.

Poros kedua adalah kebijakan fiskal, ujarnya. "Setelah bertahun-tahun banyak negara menerapkan kebijakan fiskal yang longgar, inilah saatnya untuk menstabilkan dinamika utang dan membangun kembali cadangan fiskal yang sangat dibutuhkan," ujar Gourinchas.

Poros ketiga, sekaligus yang tersulit, adalah menuju reformasi yang meningkatkan pertumbuhan, katanya. "Masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan prospek pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas," ujar Gourinchas.

Lebih lanjut dikatakan Gourinchas, meskipun langkah-langkah kebijakan industri dan perdagangan terkadang dapat menggenjot investasi dan aktivitas dalam jangka pendek, terutama ketika mengandalkan subsidi yang dibiayai oleh utang, langkah-langkah ini sering kali menjadi bumerang dan gagal menghasilkan peningkatan standar hidup yang berkelanjutan.

"Pertumbuhan ekonomi harus berasal dari reformasi domestik ambisius yang mendongkrak teknologi dan inovasi, meningkatkan kompetisi dan alokasi sumber daya, integrasi lebih lanjut dalam perekonomian, serta menstimulasi investasi swasta yang produktif," imbuhnya. 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024