Pencegahan

Dalam hal pencegahan, dilakukan penguatan aksi di tingkat tapak, dimulai dengan inventarisasi potensi di setiap desa rawan karhutla, membentuk kelompok dan melakukan fasilitasi kepada masyarakat serta menyiapkan tenaga pendamping desa. Patroli terpadu juga dilakukan sekaligus deteksi dini ketika muncul titik panas atau hotspot.

Kolaborasi antar-kementerian dan lembaga terus dilakukan, apalagi sejak terjadinya karhutla pada 2015. Pemerintah secara rutin melakukan rapat koordinasi untuk penanggulangan karhutla sebagai langkah antisipasi yang mempertemukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI dan Polri serta kelompok masyarakat.

Pemerintah kemudian melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) sebagai upaya untuk membasahi lahan gambut yang kering serta wilayah rawan karhutla dengan dukungan alutsista TNI serta data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Di tapak atau tempat tumbuh tanaman hutan, pengendalian karhutla juga dilakukan melalui pemberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. KLHK dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), --badan baru yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo pada 2016--, melakukan juga restorasi lahan gambut dan mangrove yang kritis di Tanah Air.

Kerja bertahun-tahun membuahkan hasil, Indonesia berhasil menekan luasan kebakaran hutan dan lahan. Dari 2,6 juta hektare lahan terbakar pada 2015 turun menjadi 438 ribu hektare pada 2016, 165 ribu hektare pada 2017 serta 529 ribu pada 2018.

Menurut data sistem pemantauan karhutla SiPongi KLHK, luas karhutla sempat naik pada 2019 menjadi 1,6 juta hektare, salah satunya karena faktor El-Nino. Kemudian turun lagi menjadi 296 ribu pada 2020, 358 ribu pada 2021, 204 ribu pada 2022 dan 1,1 juta pada 2023,

Pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia dalam kurun beberapa tahun terakhir mendapatkan apresiasi dari komunitas internasional, terutama dalam hal penanganan karhutla, penurunan deforestasi serta berbagai program lain, termasuk penanganan sampah dan pemulihan lingkungan.

Capaian itu menjadi faktor pendorong bagi banyak komunitas internasional untuk bekerja sama dengan Indonesia guna menjaga keasrian hutan dan lingkungan, seperti dengan Pemerintah Norwegia dan Jerman serta badan internasional Green Climate Fund dan Bezoz Earth Fund.

Semua itu berkat kerja kolektif melalui agenda-agenda nasional, seperti program FOLU Net Sink, Zero Waste Zero Emission, kerja-kerja konservasi, ekoreparian dan pengendalian pencemaran. Agenda lainnya, pemulihan lingkungan, pengendalian karhutla, gambut, mangrove dan pengembangan dengan pola dan metode baru, seperti persemaian skala besar dan teknik pengawasan serta sistem intelijen penegakan hukum.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024