Beijing (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-16 pada 22-24 Oktober di Kota Kazan, Rusia, atas undangan Presiden Rusia Vladimir Putin.

BRICS merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, lima emerging market dengan potensi ekonomi yang besar. Kini, BRICS telah berkembang menjadi sebuah mekanisme kerja sama internasional yang berpengaruh dengan keanggotaan yang diperluas.

Dalam 18 tahun terakhir, China telah menjunjung tinggi semangat keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama saling menguntungkan yang diusung BRICS. China juga membantu mendorong mekanisme kerja sama BRICS ke tingkat baru. Semua ini berperan sebagai kekuatan konstruktif dalam menjaga perdamaian dunia, mempromosikan pembangunan bersama, meningkatkan tata kelola global, dan memfasilitasi demokratisasi hubungan internasional.

Tahun ini menandai awal dari kerja sama BRICS yang lebih besar. Dalam KTT mendatang, yang merupakan pertemuan pertama dari pertemuan sejenisnya yang diadakan setelah perluasan BRICS, Xi dan para pemimpin negara-negara anggota BRICS lainnya diperkirakan akan menyusun sebuah cetak biru untuk pengembangan mekanismenya, menyuntikkan dorongan baru ke dalam dunia multipolar, memfasilitasi globalisasi ekonomi dan demokratisasi hubungan internasional, serta membuka sebuah babak baru bagi solidaritas dan perkembangan negara-negara Global South.

"BRICS merupakan sebuah kekuatan penting dalam membentuk lanskap internasional. Kami memilih jalur pembangunan kami secara mandiri, bersama-sama membela hak kami untuk berkembang, dan bergerak bersama menuju modernisasi. Hal ini mencerminkan arah kemajuan masyarakat manusia, dan akan memberikan dampak signifikan pada proses pembangunan dunia," ujar Xi dalam KTT BRICS ke-15 pada Agustus 2023.

Selain negara-negara yang secara resmi bergabung dengan keluarga BRICS pada 1 Januari 2024, lebih dari 30 negara seperti Thailand, Malaysia, Turkiye, dan Azerbaijan telah secara resmi mengajukan permohonan atau menyatakan ketertarikan mereka untuk menjadi anggota BRICS.

Setelah ekspansi, negara-negara anggota BRICS mewakili sekitar 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) global, hampir setengah dari populasi global dan seperlima dari perdagangan global.

China telah berkomitmen untuk memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan dengan mitra-mitra BRICS. Pada kuartal pertama tahun ini, impor dan ekspor China ke negara-negara anggota BRICS meningkat lebih dari 11 persen secara tahunan (year on year).

Ahmed Al-Ali, seorang peneliti yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), mengatakan bahwa BRICS telah menjadi sebuah penggerak penting dalam mendorong pemulihan ekonomi global serta menjaga perdamaian dan stabilitas dunia. Semua itu terjadi berkat pertumbuhan ekonominya yang stabil, serta peluang kerja sama yang setara dan meluas.

"Keanggotaan BRICS Ethiopia dapat secara signifikan menggenjot pembangunan sosial-ekonomi negara itu melalui berbagai peluang ekonomi, termasuk peningkatan investasi, perluasan kerja sama Selatan-Selatan, dan kemitraan perdagangan," ujar Balew Demissie, seorang peneliti di Institut Studi Kebijakan Ethiopia (Policy Studies Institute of Ethiopia).

Kerja sama China dengan negara anggota BRICS lainnya telah secara kuat mendukung multilateralisme dan mendorong demokratisasi hubungan internasional, ujar Evandro Carvalho, seorang profesor asal Brasil di Getulio Vargas Foundation, sebuah wadah pemikir (think tank) ekonomi.

Daya tarik mekanisme kerja sama BRICS bersumber dari semangat keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan. "Negara-negara anggota BRICS berkumpul bukan dalam sebuah perkumpulan tertutup atau kalangan eksklusif, melainkan sebuah keluarga besar yang saling mendukung dan bermitra untuk kerja sama yang saling menguntungkan," ujar Xi dalam KTT BRICS ke-14 pada Juni 2022.

Dari pendekatan kerja sama "BRICS Plus" yang diusulkan pada 2017 hingga perluasan keanggotaan BRICS yang bersejarah, mekanisme tersebut disambut baik secara luas, dengan pengaruh dan daya tarik yang terus meningkat.

Mekanisme kerja sama BRICS menghormati kepentingan semua pihak yang terlibat dan merupakan "platform yang menarik untuk kerja sama dan keuntungan timbal balik," ujar Elshad Mammadov, seorang pakar ekonomi dari Azerbaijan.

(Bersambung ke Bagian 2)

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024