Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengajak masyarakat berperan aktif sebagai ujung tombak pengelolaan warisan budaya, meliputi tradisi, praktik, nilai-nilai, dan ekspresi kreatif, yang merupakan cerminan dari identitas bangsa.

“Mereka mewakili kelembagaan yang sangat dominan dalam tulisan narasi mengenai sejarah keberadaan suatu warisan budaya. Untuk itu, ke depannya kami berharap penguatan komunitas masyarakat," kata Kepala Pusat Riset Arkeologi, Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan BRIN Marloon Ririmasse dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Benteng Nassau di Kepulauan Banda, Maluku merupakan salah satu contoh penerapan pengelolaan warisan budaya berbasis komunitas masyarakat. Marloon mengungkapkan, selain Benteng Nassau, masih banyak isu terkait budaya dan sejarah yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

Oleh karena itu, ia mendorong penguatan peran komunitas atau masyarakat dalam upaya menjaga warisan budaya. Selain sebagai sebuah identitas bangsa, kata Marloon, warisan budaya yang dilestarikan juga berpotensi meningkatkan pertumbuhan sektor pariwisata, terutama wisata situs sejarah.

"Hal ini untuk dapat mendorong tempat-tempat bersejarah sebagai salah satu destinasi wisata sejarah," ujarnya.

Senada dengan Marloon, peneliti dari Universitas Luxemburg Joella van Donkersgoed juga menilai komunitas masyarakat setempat berperan penting dalam menjaga warisan budaya di wilayahnya.

Ia mencontohkan tembok Benteng Nassau di Kepulauan Banda sempat hancur pada masa Perang Dunia II serta akibat gempa bumi. Kemudian, sejak 2014 pemerintah melakukan rekonstruksi tembok benteng bagian utara yang hancur, di mana dalam prosesnya pemerintah turut melibatkan masyarakat sekitar dan pakar arkeologi.

"Jika hanya mengandalkan pemerintah tanpa melibatkan komunitas setempat, maka keberadaan sebuah warisan budaya itu akan sia-sia," kata Joella.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa manajemen dan pengelolaan sebuah cagar budaya diperlukan untuk memelihara warisan budaya di suatu wilayah. Skema pengelolaan dapat dibuat dengan melampaui dikotomi alam dan budaya yakni sebagai warisan benda dan tak benda.

"Pada akhirnya dapat memberdayakan masyarakat setempat, untuk mengelola warisan budaya mereka dengan cara mereka sendiri,” ujar Joella.

Baca juga: Klon unggul sawit hasil inovasi AAL dan BRIN tunggu hak paten
Baca juga: BRIN: Masjid Istiqlal rumah ibadah ramah lingkungan

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024