Palu (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar, mensinyalir bahwa media massa terlalu membesar-besarkan setiap peristiwa yang terjadi di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Pers terlalu membesar-besar situasi Poso," katanya di Palu, Selasa, seusai bertemu anggota Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Sulteng dan tokoh masyarakat setempat.
Kunjungan kerja Kepala BIN ke Palu itu disertai Kepala Badan Intelijen Kepolisian, Irjen Pol Drs Zamris Anwar, Direktur C Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, Brigjen TNI Amin Syamsuddin, dan Asisten Deputi Keamanan Nasional Menkopolkam, Brigjen TNI Ino Supirno.
Menurut Siregar, pemberitaan pers belakangan ini tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya, sehingga semakin memperkeruh masalah yang sesungguhnya.
Ia mencontohkan, kasus pelemparan granat di kota Poso pada 30 September 2006. Granat yang dilemparkan oleh orang tak dikenal itu, menurut dia, merupakan granat tua, namun diberitakan bahwa granat tersebut sangat berbahaya dan bisa menewaskan banyak orang.
"Berita-berita seperti itu justru menimbulkan ketakutan," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dalam pertemuan dengan anggota Muspida Sulteng dikemukakannya, agar aparat keamanan Polri/TNI membangun hubungan yang baik dengan masyarakat Poso, sehingga dapat membantu dalam memberikan informasi dan penyidikan
kasus.
"Hubungan yang terbina dengan baik juga dapat mencegah potensi konflik yang ada dalam masyarakat," katanya.
Pertemuan pimpinan tiga lembaga intelijen di Indoensia dengan Muspida Sulteng selama tiga jam itu juga membahas situasi keamanan di Kabupaten Banggai Kepulauan menyusul aksi pendudukan fasilitas pemerintahan oleh massa.
Aksi pendudukan yang dipicu perebutan ibukota itu sempat melumpuhkan aktivitas pemerintahan selama dua hari pada pekan lalu.
Kepala BIN dan rombongan dijadwalkan mengunjungi Poso pada Rabu (11/10) guna mendapat masukan langsung dari Muspida setempat, dan melihat situasi keamanan terakhir. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006