Kolombo (ANTARA News) - Polisi Sri Lanka menahan sejumlah tersangka penting dalam kerusuhan menyangkut agama dan penjarahan, kata pejabat, Sabtu, sementara minoritas Muslim menyatakan khawatir terjadi kekerasan menjelang Ramadan.
Polisi mengatakan delapan orang, yang terlibat langsung dalam kerusuhan anti-Muslim pada 15 Juni, ditahan pekan ini dan pada mereka ditemukan mutiara serta perhiasan, yang dicuri dalam kekerasan itu.
"Dengan bantuan kamera pemantau dan jaringan intelijen (polisi) kami menangkap para tersangka itu berserta dengan barang-barang curian," kata inspektur senior Athula Weerasinghe.
Kekerasan itu meletus di daerah wisata pantai Alutgama meluas ke daerah wisata Beruwala dan Bentota.
Weerasinghe mengatakan barang-barang perhiasan itu berharga lebih dari 1,5 juta rupee (11.500 dolar AS) yang dicuri dari dua toko perhiasan di Bentota telah ditemukan.
Pejabat memperkirakan aksi kekerasan itu menimbulkan kerusakan sekitar 200 juta rupee. Empat orang tewas dan 80 orang cedera dalam kerusuhan berlatar belakang agama itu dalam puluhan tahun terakhir ini.
Media Sri Lanka dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh polisi tidak mencegah kelompok garis keras Buddha menyerang para warga Muslim yang merupakan 10 persen dari 20 juta penduduk negara itu.
Akan tetapi polisi mengatakan penyelidikan menunjukkan ada unsur kuat kriminal yang memanasi ketegangan agama. Sebelumnya, polisi menangkap 55 tersangka termasuk para warga Buddha serta Muslim, tetapi delapan orang ditangkap pekan in adalah yang pertama ditahan karena terlibat penjarahan dan terlibat langsung dalam menyerang toko.
Pengumuman mengenai penahanan terbaru itu terjadi saat Dewan Muslim Sri Lanka (MCSL), satu kelompok induk dari 48 organisasi Muslim, mengajukan permohonan kepada komandan kepolisian N.J. Ilangakoon menyatakan khawatir mereka akan aksi kekerasan mungkin terjadi kembali terhadap masyarakat minoritas mereka selama Ramadan.
"Kami cemas bahwa akar penyebab masalah itu berkaitan dengan serangan-serangan terhadap masyarakat Muslim dan minoritas-minoritas lainnya tidak ditangani dan tindakan yang layak harus dilakukan dengan menyeret mereka yang terlibat ke pengadilan," kata MSCL.
Ketua MSCL N.M. Ameen mengemukakan kepada AFP mereka melaksanakan puasa secara sederhana karena khawatir akan terjadi lagi serangan.
Pekan lalu, toko-toko milik para warga Muslim di ibu kota Colombo tutup untuk memprotes terhadap aksi kekerasan oleh kelompok garis keras Buddha.
Kelompok Muslim serta mayoritas umat Buddha yang moderat mendesak dilakukan tindakan terhadap Buddhist Force" atau BBS, yang dianggap mendapat perlindungan dari para tokoh senior pemerintah, demikian AFP.
(H-RN)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014