Surabaya (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono berpesan agar seluruh santri di wilayah tersebut harus memiliki kemampuan multitalenta sehingga bisa berprofesi apa saja dan di mana saja.

"Santri harus bisa menjadi apa saja dan berprofesi apa saja. Santri Jawa Timur harus multitalenta," kata Pj Gubernur Jatim saat memimpin Apel Peringatan Hari Santri di Halaman Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa.

Pesan yang disampaikan Pj Gubernur Jatim itu sejalan dengan tema Hari Santri tahun ini adalah "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan".

Karena tantangan santri masa kini bukanlah berjuang melawan penjajah tetapi berjuang melawan kebodohan, dan bisa mengikuti perkembangan ilmu teknologi.

Tak hanya itu, Pj Gubernur mengatakan bahwa santri harus menguasai keterampilan yang up to date yang sesuai dengan kebutuhan profesi kekinian. Yang terpenting mampu berkontribusi meningkatkan kemajuan bagi Provinsi Jawa Timur, negara dan bangsa.

Pj Gubernur memaknai Hari Santri di Jatim berbeda dibanding dengan daerah lain terutama karena Jatim memiliki ribuan santri dan pondok pesantren, sehingga gaung dan semangat merayakan Hari Santri begitu terasa di Jatim.

Tak hanya itu, Hari Santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober adalah momentum bagi semua pihak untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa kaum santri adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah. Salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah adalah peristiwa “Resolusi Jihad” pada tanggal 22 Oktober tahun 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari.

Sejak Resolusi Jihad dimaklumatkan, para santri dan masyarakat umum terbakar semangatnya untuk terus berjuang dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Mereka terus melakukan perlawanan kepada penjajah tanpa rasa takut. Hingga akhirnya, pecah puncak perlawanan masyarakat Indonesia pada tanggal 10 November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Peristiwa Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa 10 November 1945. Tanpa adanya peristiwa Resolusi Jihad, belum tentu terjadi peristiwa 10 November.

Ke depan, Pj Gubernur menyebut Santri harus mampu melihat isu-isu strategis di pesantren yang ada, salah satunya adalah masih ada tindak kekerasan, bullying baik oleh pengasuh maupun oleh kakak tingkat.

"Ini semestinya tidak boleh terjadi dan kita terus melakukan sosialisasi bahwa mereka adalah sama, lembaga pendidikan di pesantren harus sama formal, baik kode etik, aturan maupun juga penerimaan," katanya.

Santri bukan hanya menyantri, mereka juga adalah seorang siswa sehingga mereka punya hak memperoleh pendidikan, perlakuan yang adil untuk menyongsong masa depannya jadi lebih baik.

Karenanya, Pj Gubernur menegaskan masa depan Indonesia ada di pundak para santri. Diharapkan, Hari Santri tahun 2024 ini juga menjadi momentum untuk memperkuat komitmen khususnya para santri dalam merengkuh masa depan dan mewujudkan cita-cita bangsa.

Peringatan Hari Santri di Jawa Timur digelar secara khidmad dan diikuti oleh Ratusan Santri yang mewakili dari berbagai Pondok Pesantren (Ponpes) dari Ponpes Bayt Al Hikmah Pasuruan, Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Al Falah Ploso Kediri, An Nur I Bululawang Malang, Tebuireng Jombang.

Selanjutnya Ponpes Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Al-Fithrah Surabaya, Syaikhona Kholil Bangkalan, Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo.

Baca juga: Nasaruddin Umar: Bangsa Indonesia harus berterima kasih ke santri
Baca juga: Apel Hari Santri 2024, Menag sebut santri bisa menjadi apa saja

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024