Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Amaliya, drg.,M.Sc.,PhD mengatakan penggunaan produk tembakau alternatif memperlihatkan penanda kerusakan gigi yang menurun, bila dibandingkan dengan penggunaan rokok konvensional.

"Produk tembakau alternatif seperti vape dan produk tembakau yang dipanaskan tetap mengalirkan nikotin dengan tidak melalui pembakaran atau combustion free nicotine delivery system. Tidak adanya hasil pembakaran seperti tar dan zat-zat racun memungkinkan produk tersebut risikonya turun sekitar 90 persen," kata Prof Amaliya dalam keterangan, di Jakarta, Senin (21/10).

Hal ini berdasarkan riset kolaborasi antara Unpad dengan The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) Universitas Catania, Italia, yang menunjukkan fakta bahwa para perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif, seperti vape, produk tembakau yang dipanaskan, serta kantong nikotin, mengalami peningkatan kualitas kesehatan gusi dan jaringan pendukung gigi.

Prof Amaliya menjelaskan hasil riset menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif berhasil mengurangi risiko yang berkaitan dengan rokok.

Baca juga: Asosiasi Vaporiser Bali usul area khusus rokok elektronik

Pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari kebiasaannya, kadar penanda kerusakan tulang giginya menurun signifikan. Artinya, peradangan secara sistemik juga menurun.

"Pada pengguna vape, akumulasi plak di gigi pun menurun dibanding yang terus merokok. Giginya juga bersih, beda dengan orang merokok yang giginya hitam atau kuning. Selain itu, penanda penyakit jantung pada pengguna produk tembakau alternatif juga terlihat menurun sejak tiga bulan pertama eksperimen," tambahnya.

Amaliya menambahkan rokok itu radikal bebasnya tinggi sehingga antioksidan pada perokok akan turun. Sementara yang beralih ke produk tembakau alternatif, justru antioksidan-nya meningkat.

Meski demikian, Amaliya menyampaikan yang terbaik bagi perokok adalah berhenti merokok.

"Namun, kita harus paham bahwa banyak perokok yang tidak bisa berhenti total sehingga bisa diberikan opsi beralih dari kebiasaan merokok dengan produk tembakau alternatif," katanya.

Amaliya mengatakan subyek penelitian adalah perokok, pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari merokok, dan non-perokok dalam rentang usia 18-45 tahun.

Riset tersebut diuji ke 15 peserta dalam sebuah eksperimen selama 18 bulan, tujuannya untuk membandingkan efek yang ditimbulkan terhadap rongga mulut pada masing-masing kelompok eksperimen.

Variabel pertama dalam riset ini dilihat dari kesehatan gusi. Gusi perokok cenderung berwarna hitam akibat penyempitan pembuluh darah.

Kedua, akumulasi plak yang memperburuk kebersihan gigi. Ketiga, kadar antioksidan. Keempat, penanda kerusakan tulang.

Amaliya menjelaskan orang yang merokok lebih rentan mengalami kerusakan tulang gigi.

Variabel kelima adalah penanda peradangan secara sistemik yang juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.

"Yang terakhir dari pewarnaan gigi. Kelihatan kalau orang yang merokok itu giginya hitam-hitam atau kuning-kuning. Dengan berpindah itu (ke produk tembakau alternatif), gigi menjadi lebih bersih," ujarnya.

Baca juga: APVI: Larangan jual produk tembakau alternatif di medsos beratkan UMKM
Baca juga: Industri tembakau alternatif pertanyakan aturan kemasan polos

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024