Jakarta (ANTARA) - Andi Amran Sulaiman, seorang pria yang memiliki segudang ilmu dan taktik jitu mengatasi tantangan dan masalah pertanian di kala pangan dunia mencekam akibat cuaca ekstrem dan situasi geopolitik global.

Berkait kepiawaian menakhodai Kementerian Pertanian di masa pemerintahan sebelumnya. Amran berhasil mengantarkan Presiden Joko Widodo mendapat penghargaan dunia di bidang pangan.

Kini, Amran kembali dipercaya menduduki posisi sebagai Menteri Pertanian (Mentan) untuk pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.

Pria kelahiran 27 April 1968 di Bone, Sulawesi Selatan, ini resmi kembali dilantik sebagai Mentan pada Senin (21/10), oleh Presiden Probowo Subianto di Istana Merdeka untuk menjadi menteri di Kabinet Merah Putih selama lima tahun ke depan.

 

Tentang Amran

Amran merupakan anak ketiga dari 12 bersaudara dari ayah Andi B. Sulaiman Dahlan Petta Linta, seorang veteran, dan ibu Andi Nurhadi Petta Bau.

Ketika ia lahir di Bone, ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di daerah tetangga, Barru, di mana ia tinggal selama 7 tahun dan pertama kali bersekolah di sekolah dasar.

Kemudian, ia kembali ke Bone dan menyelesaikan pendidikan dasar 12 tahun pertamanya, lulus dari sekolah menengah atas negeri di Lappariaja pada tahun 1989.

Setelah menyelesaikan studi dasarnya, Amran belajar ilmu pertanian di Universitas Hasanuddin Makassar, dimulai pada tahun 1988 dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1993.

Ia melanjutkan untuk memperoleh gelar magister dan pascasarjana dari universitas yang sama masing-masing pada tahun 2003 dan 2012, semuanya pada subjek yang sama. Ia lulus dengan IPK maksimal, dan mematenkan berbagai penemuan yang mencakup pengendalian hama. Saat ini ia memegang 5 hak paten.

Amran merupakan alumnus Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), bahkan pernah tercatat sebagai dosen di perguruan tinggi tersebut. Ia juga sekaligus peneliti dan pemegang lima hak paten.

Memiliki berbagai pengalaman, Amran bahkan pernah menjadi pegawai PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV pada tahun 1997 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Bagian Logistik di PTPN, sebelum akhirnya memilih mengundurkan diri.

Pada 2007, ia juga menerima penghargaan Satya Lencana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tidak hanya itu, penghargaan lainnya adalah FKPTPI Award tahun 2011 di Bali, hingga Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2020.

Dengan demikian, penunjukan Amran sebagai Mentan di Pemerintahan Prabowo tidak mengejutkan mengingat rekam jejak dan pengalaman panjangnya di sektor pertanian.

 

Capai swasembada

Amran menjabat sebagai Menteri Pertanian pada 2014-2019, periode pertama pemerintahan Jokowi ketika berpasangan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Saat itu, ia berhasil melaksanakan berbagai program unggulan, sehingga Indonesia mencapai swasembada pangan beras pada tahun 2017, 2019, dan 2020.

Lalu, pada 25 Oktober 2023, Amran kembali dilantik sebagai Menteri Pertanian definitif menggantikan Syahrul Yasin Limpo yang sebelumnya mengundurkan diri sebagai Menteri Pertanian setelah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi di Kementerian Pertanian.

Di periode keduanya, Amran berjuang membuat alokasi pupuk bersubsidi di tahun 2024 meningkat menjadi 9,55 juta ton dari sebelumnya hanya sebesar 4,7 juta ton.

Subsidi itu bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan membantu petani menghadapi tantangan cuaca ekstrem, seperti El Nino.

Amran juga terus mendorong pertanian modern melalui mekanisasi dan teknologi.

Program, seperti pompanisasi, gencar dilakukan ke berbagai daerah pertanian untuk mengatasi kendala air, khususnya dalam meningkatkan indeks pertanaman pada lahan yang terdampak kekeringan.

Alhasil dengan berbagai upaya Amran, Presiden Jokowi menerima penghargaan Agricola Medal dari Food and Agriculture Organization (FAO). Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Director General FAO Qu Dongyu di Istana Negara, Jumat (30/8).

 

PR kembalikan swasembada

Presiden RI Prabowo Subianto optimistis Indonesia akan mencapai swasembada pangan dalam 4 hingga 5 tahun ke depan.

Dalam pidatonya saat dilantik menjadi Presiden pada Minggu (20/10), Prabowo menekankan bahwa Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia.

Keyakinan Prabowo didasarkan pada diskusi dengan para pakar. Pentingnya swasembada pangan untuk menghindari ketergantungan pada impor pangan dari negara lain, terutama saat krisis.

Presiden mengingatkan bahwa di masa krisis, negara-negara tidak akan bersedia menjual bahan pangan mereka. Oleh karena itu, Indonesia harus segera mencapai ketahanan pangan untuk menghadapi situasi genting.

Mengembalikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan adalah tantangan besar yang kini diemban oleh Amran setelah dilantik kembali sebagai Menteri Pertanian.

Amran menargetkan swasembada pangan kembali tercapai dalam tiga tahun ke depan dengan berbagai upaya, di antaranya perluasan areal tanam, peningkatan masa tanam, menyalurkan pupuk bersubsidi, bantuan alat mesin pertanian hingga modernisasi pertanian.

Terbaru, Amran mengerahkan kemampuan membuka lahan baru di wilayah Merauke dan dan daerah Kalimantan. Langkah itu sebagai upaya membangun sektor pertanian dengan prinsip Indonesia sentris.

Bagi Amran, modernisasi pertanian strategi jitu untuk menekan biaya produksi hingga 70 persen, meningkatkan efisiensi, serta mempercepat proses budi daya untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Bahkan, Amran membidik 50 ribu milenial untuk menjadi petani muda di seluruh Indonesia, yang kemudian akan diberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dengan fokus pada modernisasi pertanian.

Dalam beberapa kesempatan, Amran kerap menyatakan bahwa sudah 11 bulan dirinya berkeliling Indonesia untuk memastikan pangan nasional tetap aman, sehingga optimistis paling lambat tiga tahun ke depan Indonesia akan swasembada pangan. Bahkan, bisa menjadi lumbung pangan dunia.

Bagi seorang Amran, masalah pangan harus ditangani dengan baik, apabila tidak teratasi dengan baik maka ke depan akan berujung pada konflik sosial, bahkan gangguan keamanan bangsa dan negara.

Amran menjadikan pidato Bung Karno yang menyatakan "pangan adalah mati hidupnya sebuah bangsa", sebagai dasar keseriusannya mengatasi pangan saat ini.

Dengan segudang pengalaman di sektor pertanian, Amran menjadi kunci utama dalam mewujudkan visi besar Presiden RI Prabowo Subianto, yakni menjadikan Indonesia tidak hanya swasembada pangan, tetapi juga lumbung pangan dunia.
 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024