Optimis sektor ekonomi kreatif Indonesia mampu bertransformasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan....
Jakarta (ANTARA) - Nama Teuku Riefky Harsya menjadi salah satu nama yang mewarnai kabinet Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1972 kini resmi menjabat sebagai Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf).

Sebagaimana diketahui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Pemerintahan Presiden Prabowo kembali dipisah seperti halnya saat era Presiden Joko Widodo pada 2014-2019.

Pemisahan dua sektor itu tentu telah dipikirkan secara matang oleh Presiden Prabowo serta masukan dari berbagai pemangku kepentingan.

Sebagai seorang politisi serta sosok yang cukup berpengaruh, Menteri Ekraf pria berdarah Aceh ini memiliki tugas untuk memajukan sektor ekonomi kreatif, yang di dalamnya terdapat 17 subsektor meliputi gim, arsitektur, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner, film, animasi dan video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya, periklanan, seni pertunjukan, penerbitan dan aplikasi.

Nama Teuku yang melekat padanya tak lepas dari garis keturunan ningrat dari Serambi Mekah. Ia merupakan putra dari sosok kenamaan Teuku Syahrul Mudadalam yang merupakan pengusaha sekaligus pendiri Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), sementara sang ibu merupakan penulis buku sejarah Islam Melayu Nusantara, Pocut Haslinda Anwar.

Pria berdarah Aceh yang lahir dan tumbuh di Jakarta ini pernah mengenyam pendidikan dasar di di SD Al Azhar Jakarta tahun 1984, SMP Muhammadiyah IX Jakarta tahun 1987, hingga SMA Negeri 6 Jakarta tahun 1990.

Ia pun melanjutkan pendidikannya ke luar negeri dan sempat ingin terjun di dunia militer. Tahun 1990-1994, ia menempuh pendidikan sarjana Mass Communication di Millitary College of Vermont (US Army rotc) Norwich University, Amerika Serikat.

Setelah lulus sarjana, niatnya berbelok dan memilih dunia bisnis seperti ayahnya. Hingga akhirnya, dirinya harus menolak tawaran menjadi anggota TNI dari Danjen Kopassus.

Pada usia mudanya yakni 22-32 tahun, ia menjadi direksi dalam anak perusahaan milik Investment Group (Tbk) tahun 1990, yaitu Marketing Director, Uninet Media Sakti Internet Service Provider, dan President Director Grandkemang Hotel Management bersama Sandiaga Salahuddin Uno kala itu sebagai komisaris.

Ia juga mengenyam pendidikan Magister Teknik di Universitas Indonesia tahun 2013 dan gelar doktor Manajemen Keuangan di Sekolah Bisnis IPB.

Sementara di dunia politik, tercatat pada 2005, ia terpilih sebagai anggota pengganti antarwaktu DPR RI periode 2004-2009. Jabatannya di gedung Senayan tersebut terus berlanjut, karena berhasil mendapatkan suara terbanyak dalam Pemilihan Umum 2009.

Sebagai anggota DPR RI, Riefky mewakili Daerah Pemilihan Aceh I dalam anggota Komisi VII DPR yang bertugas di bidang energi sumber daya mineral, teknologi, lingkungan hidup, dan riset. Pada 2013-2014, ia kembali menjadi anggota Komisi V DPR RI sektor infrastruktur dan perhubungan.

Lalu, pada 2014-2017 menjadi Ketua Komisi X DPR RI pada sektor pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif dan pemuda dan olahraga. Diakuinya, lewat kursi DPR Komisi X pihaknya tidak begitu asing dengan 17 subsektor ekonomi kreatif dan siap membawa sektor ekraf ke level yang lebih tinggi.

Sementara pada 2017-2019 sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI, 2019-2020 sebagai sekretaris fraksi partai dan pada 2019-2024 menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR RI yang mengawasi Kementerian Pertahanan, Kominfo dan Hubungan luar negeri.

Dalam serah terima jabatan Senin siang ini, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Riefky menyebut dirinya mampu belajar dengan cepat serta optimis sektor ekonomi kreatif Indonesia mampu bertransformasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan oleh Presiden Prabowo mampu tumbuh sebesar 8 persen.
Baca juga: Sekjen sebut AHY diprioritaskan Demokrat untuk jadi menteri Prabowo
Baca juga: Sosok Teuku Riefky Harsya, Sekjen Demokrat bakal menteri Prabowo

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024