pertarungan yang diakhiri dengan kemenangan ini membawa gulungan arus cerita tentang perjuangan dan kebangkitan bangsa Indonesia
Bangkit kembali
Alhasil, pada pertengahan 2022, jumlah kasus mulai menurun secara signifikan, memberi ruang bagi ekonomi untuk kembali bangkit, meski masih di bawah bayang-bayang pandemi.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional atau PEN yang diluncurkan Pemerintah menjadi tulang punggung dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi. Pada tahun 2021, Pemerintah mengalokasikan Rp744,75 triliun untuk program ini, anggaran yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya senilai Rp695,2 triliun.
PEN mencakup pelbagai kebijakan yang dirancang untuk melindungi UMKM, memberikan bantuan sosial kepada masyarakat terdampak, dan menjaga sektor-sektor strategis agar tetap berjalan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan bahwa hingga Oktober 2021, realisasi anggaran PEN telah mencapai Rp433,91 triliun atau sekitar 58,3 persen dari total pagu anggaran.
Namun, meskipun angka-angka tersebut menunjukkan upaya yang luar biasa, cerita di balik data ini jauh lebih manusiawi. Setiap kebijakan yang diambil Pemerintah mencerminkan upaya untuk menjaga kehidupan dan martabat rakyat.
Bantuan sosial tidak hanya berupa angka yang didistribusikan, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap keluarga yang terdampak bisa tetap memiliki harapan.
Program PEN, di satu sisi, menjadi penopang bagi mereka yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan, sementara di sisi lain memberikan ruang bagi pelaku usaha untuk bertahan, bahkan tumbuh kembali.
Pada akhir tahun 2022, meskipun total kasus COVID-19 di Indonesia mencapai sekitar 6,7 juta, dengan 160 ribu korban jiwa, tanda-tanda pemulihan mulai terlihat jelas.
Vaksinasi massal dan kebijakan yang adaptif membantu menurunkan jumlah kasus harian, sementara aktivitas ekonomi mulai bergerak dan menunjukkan tanda-tanda kuat pemulihan.
Di balik angka tersebut ada perubahan yang lebih mendalam di masyarakat. Pandemi ini mengajarkan banyak orang untuk lebih peduli kepada kesehatan, untuk lebih menghargai waktu yang mereka habiskan bersama keluarga, dan untuk tetap menjaga kebersamaan di tengah kesulitan.
Bagi Pemerintah, pandemi ini adalah ujian yang luar biasa, bukan hanya soal menjaga keseimbangan antara “rem” dan “gas”, melainkan juga bagaimana cara membangun kembali kepercayaan publik meskipun tidak luput dari kritik dan tantangan.
Kebijakan yang diambil pun acap kali berubah dengan cepat beriringan dengan perkembangan situasi, dan ini--kadang--menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.
Namun di tengah semua itu, Pemerintah berupaya keras untuk memberikan edukasi dan komunikasi yang transparan, dengan harapan bahwa setiap kebijakan yang diambil dipahami sebagai upaya bersama untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia.
Pelajaran dari pandemi ini akan menjadi fondasi bagi Indonesia menghadapi krisis pada masa depan. Strategi “rem” dan “gas” bukan hanya soal menyeimbangkan sosial ekonomi tapi juga tentang fleksibilitas, empati, dan gotong-royong, tiga nilai yang memang melekat pada karakter bangsa ini.
Masa pemerintahan Jokowi pun berakhir setelah genap 10 tahun menakhodai bangsa ini. Kepemimpinannya bukan hanya meninggalkan jejak pembangunan fisik, melainkan juga menorehkan kenangan tentang sebuah bangsa yang mampu bertahan lalu bangkit di tengah badai dahsyat bernama pandemi COVID-19.
Berkat keteguhan dan keberanian pemimpin serta ketangguhan rakyatnya itu, Indonesia menemukan kekuatan baru dalam kebersamaan.
Seperti sungai yang terus mengalir, pertarungan yang diakhiri dengan kemenangan ini membawa gulungan arus cerita tentang perjuangan dan kebangkitan bangsa Indonesia. Ia menjadi lentera yang menerangi jalan menuju masa depan penuh dengan asa dan cinta Tanah Air.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024