Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan kompetisi politik yang ketat menjelang pemilihan umum presiden pada 9 Juli 2014, merupakan salah satu penyebab nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp12.000/dolar AS.
"Banyak yang agak khawatir melihat kompetisi politik ketat dan melihat ketidakpastiannya panjang. Ini yang membuat rupiah melemah," katanya di Jakarta, Kamis.
Chatib menambahkan selain situasi politik dalam negeri, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh faktor lain seperti defisit neraca perdagangan pada April serta kondisi geopolitik di Irak, yang telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir.
"Ketidakpastian itu membuat rupiah melemah dari Rp11.300 ke Rp11.600. Kemudian trade defisit membuat rupiah melemah ke Rp11.800. Yang terakhir situasi di Irak yang membuat harga minyak naik, itu yang buat melemah sampai Rp12 ribu," katanya.
Ia memprediksi pelemahan rupiah ini hanya sementara dan tidak terjadi hingga akhir tahun, asalkan neraca perdagangan kembali mengalami surplus, kondisi Irak dapat membaik dan pemilihan umum presiden berakhir.
"Nilai rupiah ini lebih kepada temporer, karena setelah pemilu berakhir, ketegangan politik akan hilang. Kemudian surplus neraca perdagangan akan terjadi, meskipun mungkin relatif kecil. Faktor geopolitik Irak juga sifatnya temporer," kata Chatib.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menambahkan kondisi politik menyebabkan kekhawatiran dari para pelaku pasar, sehingga rupiah mengalami pelemahan, namun situasi diperkirakan kembali normal seusai pemilihan umum presiden.
"Melihat hasil polling (pemilu) yang ketat, mungkin ada kekhawatiran. Tapi menurut saya, kita sudah mengalami pemilu 2004 dan 2009, dan semua lancar. Pemilu legislatif kemarin juga lancar, jadi seharusnya stabilitas politik dan keamanan tetap terjaga," katanya.
Mirza mengakui pelemahan rupiah yang mencapai level Rp12.000 per dolar AS terlalu "overshoot", namun situasi tersebut merupakan cerminan kondisi perekonomian saat ini dan belum ada upaya apapun dilakukan Bank Indonesia terkait depresiasi kurs ini.
"Bank Indonesia ini fungsinya menjaga stabilitas di pasar keuangan moneter, namun kalau misalnya ada kondisi (rupiah) yang tinggi, kami ada di pasar agar pelemahan tidak terlalu tinggi," katanya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, menguat dua poin menjadi Rp12.088 per dolar AS dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.090 per dolar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.091 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.027 per dolar AS.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014