Melalui produksi peptida bioaktif, penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kesehatan masyarakat
Jakarta (ANTARA) - Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dari Jakarta Intercultural School (JIS) William Nathan Atmadja melakukan penelitian terkait manfaat kacang koro benguk yang dijadikan sebagai solusi inovatif pangan olahan untuk diabetes dan juga malnutrisi.

“Melalui teknologi Enzymatic Membrane Reactor -EMR-, kami menemukan metode yang memungkinkan produksi peptida bioaktif dari kacang koro benguk dalam skala industri secara konsisten dan efisien,” ujar William dalam keterangannya di Jakarta, Ahad.

Penelitian itu fokus pada produksi peptida bioaktif, yakni komponen protein kecil yang menawarkan berbagai manfaat kesehatan seperti sifat antioksidan, antihipertensi, antiinflamasi, dan antidiabetes.

Dengan pengaturan waktu yang optimal, proses itu mampu memaksimalkan aktivitas bioaktif tanpa mengorbankan efisiensi produksi. Penelitian itu didampingi profesor termuda dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Profesor Azis Boing Sitanggang.

Penelitian itu menunjukkan bahwa produksi peptida bioaktif dalam jangka pendek dapat dilakukan selama tujuh jam, sementara untuk produksi jangka panjang, waktu tinggal (residence time) yang optimal adalah 12 jam.

Metode itu berhasil menghasilkan peptida dengan aktivitas antioksidan yang tinggi, yang sangat penting dalam penanganan diabetes dan kesehatan secara keseluruhan. Peptida yang dihasilkan tidak hanya membantu mengatur kadar gula darah pada penderita diabetes, tetapi juga melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh kondisi tersebut.

Kandungan asam amino esensial dalam kacang koro benguk menjadikannya sumber protein yang sangat potensial, terutama bagi mereka yang mengalami malnutrisi.

“Dengan kolaborasi yang tepat, saya optimistis bahwa pengembangan pangan fungsional berbasis peptida bioaktif dari kacang koro benguk dapat dipercepat, sehingga manfaat kesehatan dan ekonomi yang dihasilkan dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas,” tambah William.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Prof Azis Boing Sitanggang, menjelaskan bahwa penelitian ini berpotensi besar dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian lokal di Indonesia.

”Melalui produksi peptida bioaktif, penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kesehatan masyarakat, sejalan dengan tren pangan fungsional yang terus meningkat, di mana pangan tidak hanya berperan sebagai sumber gizi, tetapi juga sebagai pendukung kesehatan,” kata Azis.

Grup riset itu berhasil memproduksi peptida dengan berbagai aktivitas fungsional utama, termasuk sebagai penghambat enzim yang terkait dengan regulasi tekanan darah dan diabetes, serta antioksidan yang berfungsi melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif.

Selain itu, proses hidrolisis protein kacang koro benguk yang dilakukan juga untuk membuka peluang dihasilkannya asam amino bebas yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Dengan demikian, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi individu malnutrisi.

“Penggunaan teknologi EMR pada produksi peptida bioaktif menjadi inovasi kunci, karena prosesnya dilakukan secara kontinyu sehingga memiliki produktivitas yang tinggi, dan pada proses ini, berbagai parameter scale-up dapat diidentifikasi. William melakukan penelitian ini, dan menunjukkan kelayakan dari sistem EMR yang dikembangkan untuk adopsi pada skala industri,” kata Azis lagi.***

Pewarta: Indriani
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024